Perjalanan
sejarah dalam tata peta ketata negaraan di Indonesia tidak terlepas dari
konstelasi dan pragmatisasi belaka. Kenapa saya mendiskripsikan seperti itu?
Konstelasi dan pragmatisasi ini merupakan awal dan pintu bagi setiap partai
politik untuk bermanuver dan terus menjalankan strategi guna mencapai tujuan
partainya. Kepentingan merupakan sebuah keharusan dan menjadi sebuah
kelanggengan. Kemudian rakyat dikemanakan? Rakyat hanya dijadikan sebuah addres dalam jalan lalu lintas dan hanya
dimanfaatkan untuk kendaraan orasi partai politik. Perdebatan dan pergulatan antara
elit partai politik makin hari tidak mencerminkan pendidikan politik pada
rakyat sama sekali. Tidak hanya sebuah persepsi akan tetapi konsepsi itu lebih
penting untuk saya cermati terkait polemik politik yang mewarnai negeri tercinta
ini dengan adanya parlementary threshold
dan presidential threshold. Saya akan
mencoba memberikan paradigma awal agar tidak menimbulkan apriori dan fallacy dalam
pemaknaan konteks pembacaan fakta dalam sebuah realitas sosial politik yang
terjadi di negeri ini. Berikut sedikit ulasan saya:
Konsepsi dan
Relevansi Parlementary Threshlod
Bertolak dengan istilah electoral threshold ini saya akan
mengheurmaniotikan dalam tataran filosofis praktisnya. Bertolak dari substansi
pandangan Gustav Radbruch tentang
hukum positif dalam artiannya adalah mempunyai objek berupa dogmatik hukum. Nah
dari sini lah saya akan menggali pemaknaan electoral
threshold sebagai makna yang lebih luas bukan sebagai dogmatik hukumnya.
Ambang batas pemilihan umum dalam artian electoral
threshold itu merupakan induk dari segala induk ketika batasan-batasan dari
pihak legislatif diberikan pada partai politik dalam menentukan kebijakan yang
akan diambil sebelum dan sesudah pemilu berlangsung baik itu jumlah kursi atau
pun batasan presiden yang akan maju di pemilihan presiden. Secara historis pun
juga menjadi polemik terkait pemaknaan batasan dari partai politik yang
diberikan oleh pihak legislatif. Munculnya istilah parlementary threshold menurut saya bukan hal baru dalam tata
perpolitikan di Indonesia. Istilah tersebut muncul juga mengikuti dinamika yang
berkembang dalam penyikapan fenomena yang ada. Parlementary threshold ini merupakan dogmatik hukum dan anak dari electoral threshold (digunakan dalam
istilah pada pemilu tahun 1999 yang hanya 2%) yang sekarang sudah menjadi
landasan yang disepakati bersama. Dalam
Pasal 39 ayat (3) Undang-Undang No.3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum
disebutkan “Untuk dapat mengikuti Pemilihan Umum berikutnya,
Partai Politik harus memiliki sebanyak 2% (dua per seratus) dari jumlah kurs
DPR atau mmiliki sekurang kurangnya 3% (tiga per seratus) jumlah kursi DPRD l
atau DPRD Il yang tersebar sekurang-kurangnya di 1/2(setengah) jumlah propinsi
dan di 1/2 (setengah) jumlah kabupaten/kotamadya seluruh Indonesia berdasarkan
hasil Pemilihan Umum”. Dalam
Pasal 9 Undang-Undang No.12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
disebutkan
“(1) Untuk dapat mengikuti Pemilu
berikutnya, Partai Politik Peserta Pemilu harus: a. memperoleh sekurang-kurangnya
3% (tiga persen) jumlah kursi DPR; b. memperoleh sekurang-kurangnya 4% (empat
persen) jumlah kursi DPRD Provinsi yang tersebar sekurangkurangnya di ?
(setengah) jumlah provinsi seluruh Indonesia; atau c. memperoleh
sekurang-kurangnya 4% (empat persen) jumlah kursi DPRD Kabupaten/Kota yang
tersebar di ? (setengah) jumlah kabupaten/kota seluruh Indonesia”. Dalam Pasal
142 “Partai Politik Peserta Pemilu tahun
1999 yang memperoleh 2% (dua persen) atau lebih dari jumlah kursi DPR atau
memperoleh sekurang-kurangnya 3% (tiga persen) jumlah kursi DPRD Provinsi atau
DPRD Kabupaten/Kota yang tersebar sekurang-kurangnya di? (setengah) jumlah
provinsi dan di? (setengah) kabupaten/kota seluruh Indonesia, ditetapkan
sebagai Partai Politik Peserta Pemilu setelah Pemilu tahun 1999”
Parlementary threshold ini sebenarnya
apa? Secara historis normatif pun banyak penafsiran apakah batas partai pada
waktu pemilihan itu untuk dapat ikut pemilu berikutnya?atau kah batasan bagi
setiap yang telah melalui batas itu baru anggotanya boleh duduk di parlemen?
atau sebaliknya?. Ini merupakan salah satu alat yang akan digunakan dalam pertarungan
partai politik guna meraih basis-basis massa di tingkat daerah. Pada pemilu
tahun 2009 ambang batas yaitu sebagaimana ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1
ayat (27) Undang-Undang No.10 Tahun 2008 tentang entang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebesar 2,5%
dari
suara nasional sebagai batasan dari setiap partai politik agar bisa lolos dan
mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sebagai review ini
merupakan hasil dari 9 partai yang lolos dari ambang batas tersebut. Partai Demokrat dengan jumlah 150
kursi (20,85%), Partai Golkar 107 kursi (14,45%), PDIP 95 kursi (14,03%), PKS
57 kursi (7,88%), PAN 43 kursi (6,01%), PPP 37 kursi (5,32%), PKB 27 kursi
(4,94%), Partai Gerindra 26 kursi (4,46%) dan Partai Hanura 18 kursi (3,77%).
Dengan demikian semua jumlah total kursinya adalah sebanyak 560. Sebagai bahan
komparasi ini merupakan hasil dari pemilu tahun 2004. Partai Demokrat sebanyak
55 kursi, Partai Golkar 128 kursi, PDIP 109 kursi, PKS 45 kursi, PAN 53 kursi,
PPP 58 kursi, PKB 52 kursi, Partai Gerindra dan Hanura belum ikut pemilu, PBB
11 kursi, PBR 14 kursi, PDS 13 kursi, dan partai lain 12. Dengan demikian semua
total kursinya adalah sebanyak 550 kursi. Kenapa tahun 2004 masih belum ketat terkait
ambang batasnya?dan setiap partai yang mendapatkan kursi langsung dapat duduk
di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)? Pasca reformasi bergulir keluar
Undang-Undang No.2 Tahun 1999 tentang Partai Politik dan selanjutnya dirubah
dengan Undang-Undang No.31 Tahun 2002 tentang Partai Politik. Dengan demikian
proses demokratisasi masih mengalami masa transisi dan setiap partai belum
terlalu fokus dalam perolehan suara yang akan diperoleh. Mereka hanya
memikirkan pencitraan partai saja agar dapat dingat rakyat dan tidak kalah.
Tahun 1999 itu lah merupakan torehan sejarah partai-partai menjamur dan
merupakan konsep multi partai dalam sistem presidential muncul sebanyak 48
partai peserta pemilu. Tampak aneh memang?tapi itu lah karakteristik bangsa
Indonesia dengan keragaman majemuk dan pluralitasnya. Selama proses berjalannya
waktu pada tahun 2009 dengan diterapkannya Parlementary
threshold, maka dapat terlihat hasil
pertarungan dan pergulatan politik yang terjadi antara partai politik. Ingat!!! Pada tahun 2004 terdapat 10
fraksi dan pada tahun 2009 tinggal 9 fraksi yang dapat lolos dan menduduki
kursi di parlemen. Fenomena yang dapat dijadikan telaah secara politis adalah ada
2 partai politik yang mengalami kenaikan, yaitu Partai Demokrat dan PKS.
Sedangkan 5 partai politik lainnya mengalami penurunan, yaitu PKB, PPP, PAN,
Partai Golkar, dan PDIP. Hal fenomenal adalah partai politik baru membuat
gebrakan dalam proses demokratisasi di negeri ini yakni Partai Gerindra dan
Partai Hanura. Beberapa partai lama justru hancur dan lenyap dari parlemen,
yaitu PBR, PDS, PBB, dan beberapa parpol kecil lainnya. Pada tahun 1999 PDIP
menjadi pemenang dengan azas nasionalisnya. Tahun 2004 Partai Golkar dengan
azas kekaryaannya berhasil menjadi pemenang. Pada tahun 2009 tampil Partai
Demokrat dengan azas nasionalis religious nya juga berhasil tampil menjadi
pemenang. Lalu tahun 2014 siapa yang menang ya?dan siapa yang justru akan hancur
dan terpental dari kursi parlemen?atau justru ada gebrakan dari partai baru lagi?.
Dalam
Pasal 208 Undang-Undang
No.8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah disebutkan “Partai
Politik Peserta Pemilu harus memenuhi ambang batas perolehan suara
sekurang-kurangnya 3,5% (tiga koma lima persen) dari jumlah suara sah secara
nasional untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi anggota DPR, DPRD provinsi,
dan DPRD kabupaten/kota”.
Angka 3,5% tidak mudah untuk ditembus dan semua masih ada peluang untuk menjadi
pemenang dan siapa pun juga harus siap kalah. Bagaimanakah analisa dan
sintesanya? Berikut ini saya akan mencoba menelaah sedikit peluang partai
politik dalam pertarungan pemilu tahun 2014.
1.
Partai
Demokrat (PD)
Partai ini
didirikan pada 9 September 2001 dengan 99 orang tokoh pendirinya. Tokoh yang
dijadikan icon adalah sang inisiator partai yaitu Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) dengan loyalis-loyalisnya seperti Vince Rumangkang, Budhi Santoso, Irzan
Tandjung, Adhiyaksa Dault dan Sutan Bhatoegana. Partai ini memang fenomenal
berawal dengan memanfaatkan kondisi partai politik yang sudah tidak berkarakter
lagi tampil membawa visi dan misi baru berazaskan nasionalis-religious mampu
membuat publik tergoda buat mencicipinya. Alhasil pada pemilu tahun 2004
berhasil memperoleh 55 kursi peringkat 3 besar dibawah Partai Golkar dan PDIP
serta langsung dapat bersaing dengan partai-partai lama. Pada pemilu tahun 2009
gebrakan baru dimunculkan lagi dengan memperoleh 150 kursi dan berhasil menjadi
pemenang dalam pemilu tersebut. Tidak cuma moment yang tepat partai ini lebih
didukung oleh penokohan dan figur yang sangat dikenal rakyat dan dianggap
seorang pemimpin nasional. Walaupun mesin politiknya tidak akan dijalankan
maksimal suara rakyat tetap pada partai ini.
Lalu pola penghancuran partai ini seperti apa?
Melihat
kondisi seperti ini lawan-lawan partai sangat geram dan pasti akan berusaha
membuatnya hancur. Serangan udara dan laut pun dilancarkan akan tetapi dengan
figur yang memegang R-1 belum cukup ampuh untuk membuatnya jatuh. Celah darat
muncul dengan diungkapnya kasus bendahara umum partai Nazzarudin terjerat kasus
korupsi, maka lawan partai politik telah siap siaga untuk membuat rudal-rudal
dan ranjau darat agar dapat menyerang jantung pertahanan partai itu. Partai
lawan yang memegang media tidak tinggal diam dan langsung dipublikasikan kepada
rakyat. Berhubung partai yang masih muda mau sok-sok kan pasti kalah lah
bermain dengan partai lama yang sudah ahlinya. Sang bendahara umum pun banyak
dintimidasi dan dimanfaatkan oleh lawan partai lawan. Serangan internal terus
dilancarkan. Sang ketua umum pun Anas Urbaningrum yang digadang-gadang akan
menggantikan figur R-1 dan telah terbaca publik langsung ikut dihajar
habis-habisan. Tidak itu saja pengurus lain Angelina juga terkena perangkap
lawan. Tidak berhenti disini juga tokoh yang juga menjabat sebagai mentri Andi
Mallarangeng juga ikut disikat. Semua jajaran dari pembina partai samapi
pengurus bawah berusaha tetap bersatu akan tetapi serangan terus dilancarkan.
Perombakan
kabinet, rusuhnya musyawarah daerah sampai penghadangan ketua umum dan sekjend,
rolling jajaran di internal partai, penggantian ketua fraksi yang diberikan
pada Ali Assegaf, pindahya Benny K.Harman dari Komisi III Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR). Kader-kadernya yang terjerat korupsi di daerah langsung dijadikan
headline berita dan disuguhkan untuk dipertontonkan pada rakyat sebagai
representative Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Semarang Sumartono
mendapat hukuman 2.5 tahun penjara disebabkan telah menerima uang sebesar 104
juta dari pemerintah kota dan telah dibagikan ke 13 anggota lainnya terkait
pembahasan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan
fakta tembakan serangan darat telah menjangkau jantung pertahanan. Wacana yang
dihembuskan guna melengkapi penderitaan partai ini adalah akan munculnya orde
baru zaman modern dengan sistem oligarki dengan Ani Yudhoyono akan menjadi
capres pada pemilu tahun 2014 dan sebagai bukti diterbitkannya tentang gurita
cikeas terlepas benar dan tidaknya juga akan memberikan dampak makin
terpuruknya partai ini.
Lalu bagaimana basis massanya?
Suara
pers belum dipegang cuma siaran di televise terkait program kerja pemerintah,
tapi ini akan tetap efektif buat menarik simapti rakyat. Kalangan Tentara
Nasional Indonesia (TNI), para tokoh nasionalis, beberapa pondok di tanah air,
kalangan praktisi, akademisi ormas-ormas partai yang berada di daerah,
partai-partai hasil leburan dari pemilu sebelumnya dan rakyat yang telah kenal
figur R-1 merupakan kantong-kantong suara partai ini. Jika kalangan akademisi
dapat melihat secara obyektif dengan segala konsekuensinya akan dapat
mengurangi suara partai ini. Basis massa yang lainnya menurut saya tidak akan
banyak terpengaruh terutama rakyat kecil yang ada didaerah. Pemikiran mereka
masih terlalu awam dalam memahami politik yang mereka tau dan kenal adalah R-1
nya sebagai punggawa dalam partai ini. Lalu ditataran mahasiswa dan pemuda?
Para alumni HMI yang sudah selesai dalam proses dialektikanya mengingat Anas
Urbaningrum pernah menjabat PB HMI dan jaringannya pasti akan menjadi
gerbongnya dan GMNI atas simpatisan Sukarwo Gubernur Jawa Timur.
Lalu bagaimana strategi agar dapat menang dalam
pemilu?
Ormas-ormas
partai yang ada dibawah harus mampu meyakinkan rakyat bahwa partai ini tetap
pro rakyat. Bidang-bidang sosial kemasyarakatan yang ada dinternal partai harus
lebih terjun kebawah karena arus bawah adalah paling penting. Figur R-1 harus tetap diamankan dan tetap
dikenalkan pada masyarakat masih tetap sebagai pemimpin yang baik. Tokoh-tokoh
nasinalis yang dipunyai harus membentuk jaringan untuk melawan arus dan
serangan dari partai lain agar lebih kuat pertahanannya. Keluarga TNI baik yang
masih aktif dan non aktif harus disatukan dan membentuk basis massa khusus TNI.
Pencitraan istri R-1 harus dapat memberikan citra yang baik terhadap kaum
wanita. Jumlah wanita baik di tingkat nasional dan daerah juga banyak. Dengan
demikian harus segara digerakan untuk menggalang suara dari kaum hawa.
Lalu
peluangnya?
Untuk
melewati angka 3,5% pasti bisa. Partai ini menurut saya masih aman untuk dapat
menjadi pemenang pemilu walaupun suaranya akan jatuh dan tidak akan selisih
jauh dengan lawan beratnya seperti Partai Golkar dan PDIP.
2.
Partai Golongan
Karya (Golkar)
Partai ini
didirikan hampir bersamaan dengan bangkitnya rezim orde baru, dan resmi berdiri
pada 20 Oktober 1964. Sejarah yang begitu panjang telah melahirkan beberapa
tokoh nasional yang berkarakter sebagai pemimpin nasional. Soeharto merupakan
tokoh paling fenomenal dalam perjalanan partai ini. Lewat partai inilah bumi
pertiwi ini dapat digenggam dengan mudahnya. Menang selalu dengn jalan
aklamasi. Harmoko juga merupakan tokoh penting selama perjalanan sejarah orde
baru. Pasca reformasi bergulir partai ini mendapat stigma negatif. Semua tokoh
yang ada didalamnya seperti Jusuf kalla, Akbar Tanjung, Agung Laksono, Ical,
Prabowo (akhirnya keluar mendirikan partai lain karena kalah dalam konvensi),
Wiranto (keluar mendirikan partai lain karena tidak sepaham dengan ideologi
partai), Surya Palloh (keluar membentuk ormas dan partai baru karena kalah
dalam persaingan perebutan ketum dengan Ical). Jelas dari pregolakan politik
yang terjadi terlihat para patron-patron partai dan client-clientnya yang terus
membangun partai. Jusuf Kallah d
an Akbar Tanjung adalah 2 tokoh utama dalam
membesarkan partai pasca reformasi. Pada pemilu tahun 1999 suaranya jatuh akan
tetapi masih termasuk partai papan atas. Pasca tahun 1999 Akbar Tanjung tampil
sebagai ketua umum. Permainan selama orde baru telah menjadi asam garam buatnya.
Rezim orde baru hancur juga berkat permainan politiknya dengan penggembosan
para mentri sebelum Soeharto turun. Manuver politik baik dinternal dan
eksternal segera dilancarkan. Sistem konvensi yang dengan penjaringan tokoh
nasional dari internal dan ekternal partai dengan turun ke daerah berhasil
membuat basis massa yang selama ini hilang dapat direbut dan dipegang kembali. Perpaduan
recruitment massa sipil dan militer diracik dengan indahnya. Tidak hanya itu
juga semua investor asing dirangkul dan pengusaha-pengusaha dijanjikan iklim
usaha yang profir oriented. Hasilnya adalah pada pemilu tahun 2004 partai ini
berhasil menjadi pemenang. Tapi ironis dalam pilihan presiden hanya dapat
menempatkan Jusuf Kalla sebagai wakil presiden. Koalisi kebangsaan dan
kerakyatan pun dibangun agar pemerintah stabil. Partai ini berada pada jalur
oposisi bersama PDIP, tapi pasca Yusuf Kalla menjadi ketua umum pasca pemilu tahun 2004 semua arah kebijakan
partai dan program kerja partai ditujukan buat mendukung pemerintah. Aneh???koalisi
jadi tidak jelas dan check and balances
antara pihak legislatif dan eksekutif menjadi tabu. Hal ini lah yang menjadi
salah satu sebab kegoncangan internal partai dan terbukti pada pemilu tahun
2009 hanya pada posisi ke-2 dan suaranya jatuh.
Lalu
pola penghancuran partai ini seperti apa?
Berhubung
partai lama dan tokoh-tokohnya pun juga tau betul akan medan pertempuran,
ketika akan mendapat serangan bentengnya pun terlalu kuat. Apa lagi Ical pun
menjabat sebagai ketua Sekretariat Bersama (Setgab) jadi akan lebih leluasa
dalam melanjutkan manuver politisasinya dalam partai koalisi. Hal yang akan
mengancam citra partai ini adalah ketika ada kebijakan dalam kenaikan Bahan
Bakar Minyak (BBM) partai ini harus ikut, tapi?dengan permainan cantiknya
justru seolah-olah jadi pahlawan bagi rakyat ketika diadakan voting dalam rapat
paripurna tersebut. Kegoncangan dan perpecahan di internal partai sajalah yang
akan dimanfaatkan oleh partai lain dalam menjatuhkan partai ini. Sebut saja
antara kubu Jusuf Kalla dan Akbar tanjung tentang bursa pencalonan presdien
apakah lewat konvensi atau akah dengan musyawarah partai. Deal-deal an politik antara kubu Akbar
Tanjung dan Ical dengan Jusuf Kalla dan Surya Paloh (ketika masih di partai ini)
juga akan berpengaruh terhadap perpecahan kubu di internal partai. Kasus-kasus
hukum yang akan menjerat para kadernya juga segera diredam dan tidak sampai
merusak partai
Lalu
bagaimana basis massanya?
Ical sang ketua umum telah memegang media
massa termasuk TvONE dan merupakan senjata paling ampuh dalam menjalin
komunikasi politik terhadap rakyat. Para pengusaha dengan bermacam-macam
perusahaan yang ada di belakangnya akan mampu mendukung pendanaan partai tersebut.
Para Pegawai Negeri Sipil (PNS) di semua jenjang instansi baik dari tingkat
pusat sampai daerah,tokoh militer, simpatisan orde baru termasuk keluarga
Soeharto, Tantowi Yahya dkk akan mampu menembus kalangan entertainer walaupun
suaranya tidak banyak. Lalu ditataran mahasiswa dan pemuda?. Mengingat Akbar
Tanjung dan Jusuf Kalla adalah petinggi di KAHMI maka para simpatisan dan
jaringannya atas HMI akan dapat sebagai penopang. Beberapa GP Anshor atas
jaringan Adji Massaid.
Lalu bagaimana strategi agar
dapat menang dalam pemilu?
Romantisme
kesejahteraan pada masa orde baru harus dapat dimanfaatkan untuk meraih simpati
hati rakyat. Media yang telah digunakan harus dapat dimanfaatkan dengan baik
langsung mengkultuskan figur Soeharto juga tidak ada salahnya. Pendanaan paling
utama dari perusahaan besar harus tetap dipegang, karena uang adalah segalanya
dalam pemilu. Bukri kesejahteraan bagi PNS harus dapat terjamin, para
simpatisan rezim orde baru harus memperkuat jaringan dan turun ke bawah dengan
melaksankan program sosial demi rakyat lewat usaha makro dan mikro sesuia
karakteristik Ical sendiri. Para tokoh yang ada di militer baik yang sudah
aktif dan tidak harus membuat pola jaringan dan memperkuat basis massanya. Isu
perpecahan terkait sistem konvensi dipucuk pimpinan harus segera diselesaikan
agar internal partai tetap solid.
Lalu peluangnya?
Angka 3,5%
pasti bisa diraihnya, akan tetapi suaranya masih akan naik turun. Hal ini
disebabkan akan mengikuti perjalanan kerja politik dari partai yang belum
konsisten kadang pro pemerintah dan kadang tidak. Sifat plin plan ini dapat
membayakan suara partai.
3.
Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
10 Januari
1973 lahirlah Partai Demokrasi Indoensia (PDI), seiring pergolakan waktu pasca
reformasi terdapat dualisme dan tepatnya 14 Februari 1999 dideklarasikan partai
ini. Dengan penokohan dari Soekarno dan beralihlah pada anaknya Megawati
sebagai tokoh utama dari partai ini dapat memanfaatkan peta politik pasca
jatuhnya rezim orde baru. Hasilnya pada tahun 1999 berhasil menjadi pemenang
dalam pemilu. Disebabkan belum ada pemilihan langsung terhadap presiden
Megawati dijatuhkan dalam sidang istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
dan hanya berhasil menjadi wakil presiden. Selang beberap tahun Gus Dur yang
berhasil menjadi presiden dijatuhkan juga dalam sidang MPR dan menetapkan
Megawati sebagai presiden. Partai ini berhasil memegang peranan penting dalam
mengendalikan pemerintahan dan berhasil mengeluarkan kebijakan adanya pemilihan
langsung termasuk presiden. Hal ini juga dikukuhkan dari amandemen ke-3 Pasal
6A ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Malapetaka
datang ketika terjadi perseteruan dengan mentrinya yang sekarang menjadi R-1 dan
berhasil mendirikan partai dan langsung menjadi oposisi. Terbukti pada pemilu
tahun 2004 cuma pada posis ke-2. Kebijkan tersebut bagaikan menikam partai ini
sendiri, kalah popular dengan tokoh partai maka dalam dalam pemilihan presiden
akhirnya mengalami kekalahan. Secara otomatis menjadi partai oposisi dengan
koalisi kebangsaan yang dibangunnya. Hasil yang tidak menguntuntungkan pada
pemilu tahun 2009 suaranya makin jatuh.
Lalu
pola penghancuran partai ini seperti apa?
Menjadi partai
oposisi memang sangat sulit untuk mengakses jaringan pada pemerintah.
Beruntunglah partai ini masih punya penopang dari dalam pemerintah lewat Taufik
Kiemas sebagai ketua MPR dan Pramono Anung sebagai wakil ketua DPR. Hal itu
merupakan tempat srategis untuk mengkounter isu-isu yang akan menghancurkan
partai ini. Mengingat tokoh-tokohnya juga ahli dalam permainan politik tidak
heran jika setiap wacana yang mendera partai ini mampu segera dibendung
terutama serangan dari partai pro pemerintah. Wacana pemimpin yang hanya
lulusan rendah juga digembar-gemborkan dari partai lain untuk menjatuhkan
partai ini. Kader-kadernya yang tersangkut kasus hukum seperti Panda Nababan
yang juga merupakan tokoh penting juga akan berpengaruh menghancurkan citra
partai ini.
Lalu
bagaimana basis massanya?
Orang-orang jalanan, preman-preman, anak-anak nongkrongan
merupakan penyumbang terbesar suara partai ini. Para simpatisan Soekarno dan
tokoh nasional zaman orde lama, masyarakat yang berbasis nasionalisme seperti
didaerah Solo, Malang dan Bali merupakan grass root terbesar dalam penyumbang
suara.
Lalu
bagaimana strategi agar dapat menang dalam pemilu?
Jargon
partainya “wong cilik” yang selama
pemilu tahun 1999 harus dihidupkan lagi agar lebih dapat menarik simpati rakyat
dengan realisasi program partai yang real.. Ke-3 daerah Solo, Malang dan Bali harus
tetap dipegang. Mengingat media belum dapat dipegang program bantuan sembako
terhadap rakyat yang selama ini menjadi ciri khasnya harus terus digerakan agar
rakyat kecil makin menarik simpati. Pengkultusan terhadap Soekarno tidak ada
salahnya terus dijadikan sebagai icon partai. Citra sebagai partai yang oposisi
terhadap pemerintah yang selama ini konsisten dan selalu mendukung kepentingan
rakyat harus tetap dijaga dan diberitahukan terhadap publik. Tidak hanya itu
saja solusi kongkrit yang dapat dijalankan juga harus diberitahukan pada
masyarakat luas. Lalu ditataran mahasiswa dan pemuda? GMNI karena telah
mengkultuskan Soekarno sebagai tokoh sepanjang massa dan sifat nasionalismenya.
PMKRI dengan semangat nasionalismenya.
Lalu
peluangnya?
Untuk tembus
angka 3,5% masih aman dan pasti bisa. Akan tetapi jika tidak dapat menjaga
ritme permainan politik yang selalu pro rakyat maka floating mass akan hilang
dan basis massa akan berkurang.
4.
Partai
Keadilan Sejahtera (PKS)
Partai
ini didirikan 20 Juli 1998 dengan nama Partai Keadilan (PK) dan 20
April 2002 baru menjadi PKS. Didirikan oleh 50 orang dan tokoh yang paling
terkenal adalah Tifatul Sembiring, Hidayat Nur Wahid, Rahmat Abdullah,
Noermahmudi Ismail, Mashadi dan Anis Matta. Setelah mengalami perubahan nama
yang disebabkan tidak mencapai 2% pada pemilu tahun 1999 sebagai batas ambang
partai, maka berubah namanya. Pada pemilu tahun 2004 telah berhasil membuat partai
yang mengambil basis massa dari floating mass dari kaum muslimin dan mampu memberikan
tawaran baru bagi rakyat yang islamis dan terbukti menduduki peringkat ke-6.
Dengan berbagai manuver yang mendekati pemerintah dan berkoalisi pada koalisi
kerakyatan berhasil lah membuat jaringan dan pencitraan pada publik. Terbukti
pada pemilu tahun 2009 berhasil naik peringkat pada posisi ke-4 dan menjadi
partai terdepan yang berbasis islam sebagai media dakwahnya.
Lalu
pola penghancuran partai ini seperti apa?
Partai ini
merupakan sarana dakwah bagi islam demikian dalam visi dan misi yang disampaikan.
Partai ini hanya bersifat eksklusif hanya kaum dan golongan tertentu. Dalam
beberapa kebijakan yang diambil telah membawa citra buruk bagi partai ini.
Perekrutan yang melibatkan unsur agama lain dan golongan lain. Ini juga menjadi
polemik tersendiri di internal partai. Ditengah maraknya sang mentri Tifatul
Simbiring dalam memerangi pornografi, kader partai ini sebut saja salah satunya
Arifinto justru nonton film porno waktu rapat diparlemen dan telah tertangkap
oleh wartawan. Ini menjadi publikasi yang akan menghancurkan reputasi partai
yang berbasis islam justru kelakuannya kadernya bertolak belakang dengan konsep
islam. Hal tersebut justru sangat memalukan. Kegoncangan juga berpengaruh pada
kondisi internal partai. Untung dijajaran kabinet masih terpasang sang mentri
yang selalu memback up wacana yang akan merusak citra partai. Akhir-akhir ini
reputasi partai ini juga dipertaruhkan dalam koalisi. Dalam penentuan kebijakan
kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) partai ini benar-benar hanya mencari citra
politik terhadap rakyat. Partai yang tidak konsisten terhadap kebijakan dalam
koalisi. Untung partai ini tidak didepak dari koalisi.
Lalu bagaimana basis massanya?
Para
cendekiawan, pondok-pondok pesantren yang berpaham salafi, dan simpatisan para tokoh
dengan grass root yang ada dibawah. Ormas-ormas partai yang berada di tingkat
masyarakat dan pemuda. Lalu ditataran mahasiswa dan pemuda? KAMMI dan LDK
kampus si seluruh Indonesia. Gerakan ini telah mencekoki pola pikir mahasiswa
dengan menjadi simpatisan langsung berpolitik praktis walaupun itu sah dalam
politik, tapi telah mencederai idealisme demokratisasi mahasiswa. Beberapa
simpatisan HTI.
Lalu bagaimana strategi agar
dapat menang dalam pemilu?
Kekonsistenan
dalam pengambilan kebijakan harus dapat dipertahankan. Media dakwah yang
langsung menyentuh masyarakat bawah. Dengan memasukan kader-kadernya dalam
kepengurusan masjid akan menjadi senjata ampuh. Perilaku kader harus tetap
terjaga dengan selalu mencerminkan jiwa islam. Media massa harus dicoba
dimanfaatkan agar reputasi partai akan selalu dapat tempat dihati rakyat.
Lalu peluangnya?
Agar dapat meraih 3,5% masih
aman.
5.
Partai
Amanat Nasional (PAN)
Partai
ini lahir pada 23 Agustus 1998. Sang inisiatornya adalah Amien Rais
dengan para tokoh nasional lainnya yaitu: Goenawan Muhammad,
Rizal Ramli, Abdillah Toha, Albert Hasibuan, Toety Heraty, Emil Salim, Faisal
Basri, A Fatwa, Alvin Lie Ling Pao, dan Zoemrotin. Partai ini merupakan
kebanyakan para tokoh ini merupakan para penggerak reformasi dan oknum yang
berhasil menumbangkan rezim orde baru. Gebrakan pada pemilu tahun 1999 tidak
berjalan efektif. Bahkan pada pemilihan presiden sang maenstro Amien Rais
justru terjunggal kalah dalam pemilu pilihan presiden. Pada pemilu tahun 2004
dan 2009 pun juga hanya meraih posisi ke-5. Sutrisno Bachir dan Zulkifli Hasan
kurang mampu memetakan floating kader partai. Perjalnannya relative stagnan. Para
tokoh yang salah membaca peta politik dan mesin partai yang tidak berjalan
menjadikan partai ini tidak memberikan gebrakan yang berrati. Mengingat para
tokoh nya adalah kaum reformis seharusnya mampu meraih bassis massa dan membaca
medan pertempuran.
Lalu
pola penghancuran partai ini seperti apa?
Dalam tataran peta politik
partai ini telah berhasil menempatkan kader terbaiknya Hatta Rajasa yang
sekarang juga menjadi ketua umum jajaran mentri di partai koalisi. Mengingat
perjalanan partai ini relatif stabil turun tidak dan naik juga tidak, sehingga
menyebabkan hasilnya pun tidak mengena pada rakyat. Adem ayemnya partai ini
terkadang juga akan menjadikan boomerang bagai partainya sendiri dan akan
dimanfaatkan oleh partai lain.
Lalu bagaimana basis massanya?
Lembaga dakwah dan
pondok-pondok pesantern yang berpaham muhamadiyah merupakan basis massa yang
terbesar. Simpatisan dari para tokoh pendiri masih akan sangat memberikan
kontribusi suara partai. Beberapa pengusaha dari jaringan Sutrisno Bachir juga
akan dapat mendongkrak suara partai. Penokohan Amien Rais dan Din Syamsudin
masih akan mampu membawa citra baik bagi partai ini. Ormas-ormas yang berada
dibawah kepengurusan muhamadiyah adalah secong voice dalam mendompleng suara
partai. Lalu ditataran mahasiswa dan pemuda?IMM dan simpatisannya.
Lalu bagaimana strategi agar
dapat menang dalam pemilu?
Gebrakan baru yang kongkrit
harus segera ditunjukan partai ini agar perjalanan karier partai tidak stagnan.
Lembaga dakwah dan pondok yang berbasis muhamadiyah juga harus tetap dipegang
agar tidak lepas. Program sosial juga harus tetap digerakan.
Lalu peluangnya?
Masih aman agar dapat 3,5 % walau harus tetap
merubah strategi politiknya.
6.
Partai
Persatuan dan Pembangunan (PPP)
Partai ini
telah mewarnai perjalanan bangsa Indonesia. Selama masa orde baru ikut aktif
menjadi penopang demokrasi di Indonesia yang mewakili kaum muslimin secara
umum. Tepatnya berdiri pada 5 Januari 1973. Partai ini juga hasil leburan dari
Partai NU, PSII, Perti dan Parmusi. Beberapa tokoh nasional yang perlu
dipertimbangkan dari partai ini seperti, Suryadharma Ali, Irgan Chairul Mahfidz,
Hamzah Has, dan Bachtiar Chamsyah. Walaupun pasca reformasi banyak bermunculan
partai yang berbasis islam, tetapi partai ini masih dapat membuktikan masih
punya basis massa di kalangan umat islam. Hal ini terbukti pada pemilu tahun
2004 mendapat 59 kursi dan pemilu pada tahun 2009 58 kursi. Tokoh politikus
yang vocal dan kritis seperti Ahmad Yani juga akan mewarnai pertempuran di
kalangan antar kader di parlemen.
Lalu
pola penghancuran partai ini seperti apa?
Tidak banyak masalah yang ditimbulkan
dari partai ini. Dalam jajaran koalisi setiap pengambilan kebijakan selalu mendukung
kebijakan pemerintah. Kadang dengan sifat kebijakan partai yang kalem ini dapat
dimanfaatkan oleh oknum tertentu. Sedikit perseteruan antara Suryadharma Ali
dan Bachtiar Chamsyah sidikit merusak citra partai ini akan menganggu kinerja
internal partai. Kader yang terkena kasus korupsi Amin Nurdi aka mengancam
rusaknya pandangan dari masyarakat tentang citra positif dari partai ini.
Lalu bagaimana basis massanya?
Floatting mass antara kaum
Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammdiyah merupakan bassi massa yang paling tinggi
kontribusi terhadap partai ini. Kader-kader ini biasanya terletak pada beberapa
pondok di daerah jawa. Simpatisan dari para pendiri masih akan memberikan citra
positif. Masyarakat awam yang dengan latar belakang sejarah partai ini sudah
mengakar di kalangan rakyat kecil akan dapat memberikan suara significant dalam
partai ini. Lalu ditataran mahasiswa dan pemuda? beberapa PMII dan
simpatisannya. Jaringan HMI dari Ahmad Yani.
Lalu bagaimana strategi agar
dapat menang dalam pemilu?
Harus tetap memperkuat basis
massa di kalangan masyarakat bawah dengan memegang kepengurusan pondok dan
lembaga dakwah. Pencitraan partai yang dalam historis telah membawa perubahan
terhadap dinamika demokratisasi umat islam harus tetap dipublikasikan. Media
dakwah harus tetap dijalankan. Pencitraan tokoh islamisnya harus dipertahankan.
Lalu peluangnya?
Masih aman agar meraih 3,5%,
tapi harus berjuang membangun bassis massa baru jika tidak sulit melewati
ambang batas parlemen tersebut.
7.
Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB)
Partai ini
berdiri pada 23 Juli 1998 bersamaan dengan disuarakannya zaman reformasi.
Gebrakan baru para pemikir islam yang moderat dan pluralis sangat menjadi ciri
khas partai ini. Sang tokoh besar dan sekaligus inisiatornya adalah Gus Dur. Ia
adalah putra dari ormas islam terbesar di Indonesia Nahdatul Ulama (NU).
Walaupun dahulu zaman massa orde baru sebagian tokohnya lari ke PPP. Dengan
bassis massa dari kalangan NU dengan ulama sebagai tendensi dalam perekrutan
suara cukup memberikan kontribusi bagi suara partai ini. Terbukti pada pemilu
tahun 2004 meraih suara 51 suara dan pada pemilu tahun 2009 meraih 52 suara.
Pencapaian tertinggi partai ini adalah dengan politik cantiknya pada pemilihan
presiden tahun 1999 melalui sidang istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) dapat menjatuhkan suara PDIP yang pada waktu itu menjadi partai pemenang
dalam pemilu tahun 1999 dengan mengalahkan Megawati dalam votting suara. Hal
buruk terjadi ketika beberapa tahun
sesudahnya kebijakan yang diambil oleh Gus Dur dirasa tidak rasioanal dan
dikhawatirkan akan mengancam stabilitas politik serta adanya kasus Bulog maka
Gu Dur dijatuhkan dalam sudang istimewa dan akhirnya Megawati menggantikannya.
Lalu
pola penghancuran partai ini seperti apa?
Kondisi internal partai yang
akan menjadi perjalanan sejarah kelam partai ini adalah perseteruan antar pucuk
kepemimpinannya. Dualisme kepengurusan antara Gus Dur dan Matori Abdul Djalil
merupakan awal dari permasalahan partai ini. Disisi lain juga masih ada
tandingan dengan pucuk kepemimpinan Alwi Shihab. Kondisi ini akan dimanfaatkan
oleh partai lain untuk menjatuhkan citra partai ini. Dalam perjalanannya tokoh
besar lainnya Muhaimn Iskandar berhasil menjadi ketua umum. Dengan kebijakan
yang diambilnya dan dirasa tidak menghiraukan instruksi dari dewan syuro yang
dipegang oleh Gus Dur ketua umunya dijatuhkan. Dengan saling membangun basis
massa dan loyalis di partai ini mereka saling berseberangan. Sengketa ke
pengadilan pun juga ditempuh oleh kedua kepengrusan. Akhirnya putusan tata
usaha negara memenangkan kubu Muhaimin Iskandar dan beberapa jajarannya yang
masih loyal untuk dapat mengkuti pemilu tahun 2009. Sang ketua umum ini
berhasil melakukan lobi-lobi politik ke pemerintahan dan mendapatkan jatah
kursi dengan koalisi di pemerintahan. Citra partai ini diintimidasi baik dari
internal partai yang tidak sepaham dengan lawan yang ada diluar dengan
memanfaatkan kasus ketua umumnya di kementrian tenaga kerja dan transmigrasi.
Kondisi ini juga akan menjatuhkan nama baik partai. Dalam beberapa kebijakan
yang diambil oleh pemerintah kader Lily Wakhid terkadang dapat menjadi figure
tentang kekritisan dari partai ini.
Lalu bagaimana basis massanya?
Basis massa terbesarnya adalah
kaum nahdiyin yang tersebar di seluruh pondok pesantren khususnya di jawa
timur. Ormas-ormas yang ada dibawahnya merupakan tim Banser yang terorganisir
secara strukutural akan mampu mmberikan suara terhadap partai ini. Lalu
ditataran mahasiswa dan pemuda? PMII dan GP Anshor
Lalu bagaimana strategi agar
dapat menang dalam pemilu?
Pondok pesantren yang berpaham
NU harus tetap dipegang. Lembaga dakwah dan ormas yang berada dibawahnya harus
gerak ke masyarakat. Harus aktif dalam kegaiatan sosial. Citra Gud Dur sebagai
ulama besar masih dapat dipertimbangkan sebagai figurnya. Walaupun dalam
lembaran sejarah tidak pernah sejalan. Instruksi ulama yang memihak terhadap
kaum muslim akan dapat menaikan keterpihakan dari kaum muslim lainnya, bahwa
kebijakan yang diambil masih berpihak pada kaum islam.
Lalu peluangnya?
Agar dapat meraih 3,5% masih aman dan dengan
catatan NU harus tetap dipegang.
8.
Partai
Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
Partai ini tepatnya lahir pada
tanggal 6 Februari 2008. Sang inisiatornya adalah Prabowo dengan para
pendukungnya seperti Suhardi, Ahmad Muzani, Fadli Zon dan Muchdi. Sebenarnya
prabowo ini merupakan jebolan dari Partai Golkar. Ia mengawali karier
politiknya pada bursa konvensi yang dilakukan oleh Partai Golkar untuk
menjaring siapa yang akan untuk menjadi presiden pada tahun 2004. Akan tetapi
ia kalah dengan Wiranto. Keduanya merupakan jajaran para simpatisan dari rezim
orde baru. Dengan perjalanan sejarah dan dinamika demokrasi yang terjadi
akhirnya mereka berdua keluar dari partai tersebut dengan mendirikan partai
sendiri. Sang inisiator merupakan ketua umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia
(HKTI) dan Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI). Pada tahun 2004
ia dan rekan seperjuagannya belum mendeklarasikan partai dan baru pemikiran
saja. Ia sendiri juga masih terikat dengan keanggotaannya sebagai kader Partai
Golkar. Setelah keluar dengan memanfaatkan posisi jaringan yang dekat denngan
para petani dan pedagang berhasil membuat partai ini merupakan partai perserta
pemilu pada tahun 2009 yang penuh gebrakan. Dengan memanfaatkan media televisi
dan pencitraan seorang figur prabowo dengan melekatkan sedikit citra dari
lingkaran keluarga cendana. Terbukti ampuh memberikan suatu nuansa politik baru
bagi rakyat. Hal ini terbukti pada pemilu tahun 2009 berhasil melewati ambang
batas parlemen dan memperoleh 26 kursi. Tidak hanya itu saja sang tokoh Prabowo
juga ternyta dilirik oleh PDIP untuk mendampingi Megawati dalam pemilu presiden
dan wakil presiden pada tahun 2009. Walapun hasilnya kalah, partai ini menjadi
partai oposisi terhadap pemerintah dalam melakukan manuver politik yang akan
digunakan dalam peperangan politik berikutnya. Tidak hanya itu saja partai
kecil yang tidak lolos dalam ambang batas seperti PDS dan PBR berhasil
dijadikan meleburkan diri dan ketua partai masuk dalam jajaran anggota dewan
pembina mendampingi Prabowo.
Lalu pola penghancuran partai ini
seperti apa?
Skema yang digunakan partai
lain dalam menjatuhkan citra partai ini hanya pelanggaran Hak Asasi Manusia
(HAM) ketika Prabowo masih menjabat Pangkostrad TNI semasa rezim orde baru. Isu
it uterus diangkat untuk menjatuhkan tokoh atau pun partainya
Lalu bagaimana basis massanya?
Seluruh anggota HKTI dan APPSI
dapat menjadi penopang utama. Rekan TNI baik yang aktif dan tidak dari tokohnya.
Para tokoh nasionalis moderat dan kaum pinggiran. Kaum China dan Thoing Hoa.
Lalu ditataran mahasiswa dan pemuda? Beberapa simpatisan GMNI dengan
pancasilismenya.
Lalu bagaimana strategi agar
dapat menang dalam pemilu?
Strategi yang harus dilakukuan
oleh partai ini tidak ada salahnya jika pencitraan sebelum pemilu tahun 2009
diterapkan lagi. Figur Prabowo yang sudah merakyat dan dikenal diberbagai
kalangan harus dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Ormas yang berada dibawah
dalam menopang struktural partai seperti pimpinan Hercules harus segera turun
ke bawah. Kalangan kaum pinggiran dapat dijadikan basis massanya. Rekan di TNI
baik yang masih aktif dan tidak dapat digunakan dalam menggalang massa di
tingkat atas. Kaum China dan Thiong Hoa yang sudah melekat pada partai ini
harus tetap terjaga dan dipegang.
Lalu peluangnya?
Masih aman dapat 3,5% dengan catatan penokohan
dan HKTI serta APPSI solid.
9.
Partai Hati
Nurani Rakyat (Hanura)
Partai ini
lahir pada 14
November 2006. Konseptornya adalah Wiranto dengan rekan-rekannya seperti: Fuad
Bawazier, Yus Usman Sumanegara, Subagyo H.S, Samuel Koto, Tuti Alawiyah, Anwar
Fuady, Elza Syarief, Suaidi Marasabessy dan Djafar Badjeber. Sang figur Wiranto
merupakan jebolan dari Partai Golkar dan telah menang dalam konvensi pada tahun
2004. Walaupun hasil akhir kalah dalam pencalonannya. Dengan basis massa dari
kalangan TNI partai ini ternyata dapat memproleh simpati publik. Hal ini
terbukti pada pemilu tahun 2009 berhasil lolos dari ambang batas parlemen
dengan meraih 18 kursi. Tokoh yang terkenal kekritisannya adalah Syarifudin
Suding yang berada di Komisis III DPR. Pencapaian yang patut diperhitungkan
dari partai ini adalah Wiranto maju dalam pemilihan presiden dan wakil presiden.
Hal ini menunjukan partai ini masih dapat tempat di hati rakyat. Partai ini
menempatkan memilih oposisi terhadap pemerintah.
Lalu
pola penghancuran partai ini seperti apa?
Tidak jauh berbeda dengan
tokoh dari Partai Gerindra Prabowo isu yang diwacanakan adalah pelanggaran Hak
Asasi Manusia (HAM). Kejadian tersebut terjadi ketika Wiranto masih menjabat
sebagai Panglima TNI.
Lalu bagaimana basis massanya?
Basis massa yang dimiliki
masih dari kalangan TNI, para simpatisan dari masing-masing tokoh dan beberapa
ormas yang berada dibawahnya. Jaringan HMI dari kader Faisal Akbar.
Lalu bagaimana strategi agar
dapat menang dalam pemilu?
Partai ini harus membuat
sebuah jaringan massa yang besar dan dapat segera dikenal rakyat. Jika tidak
dengan kaderisasi yang terkihat stagnan akan membahayakan suara. Program sosial
dari partai harus segera dapat dikongkritkan terhadap rakyat.
Lalu peluangnya?
Masih
sulit mendapat 3,5% jika dengan kondisi
ini berlangsung terus dan tidak ada penyikapan partai yang strategis
PERLU DI INGAT!!!
Dalam proses
demokratisasi dalam pertempuran pada pemilu tahun 2014 nanti telah lahir
partai-partai baru yang dapat membayakan partai yang duduk di parlemen sekarang.
Mereka bisa terdepak dengan kehadirannya. Partai Nasdem dengan sang ketua Patrice
Rio Capella dan Liga Mahasiswanya pimpinan Willy Aditya yang berangkat dari ormas Nasdem atas inisiator
Surya Paloh merupakan gerakan massa yang harus diwaspadai. Ia juga jebolan dari
Partai Golkar. Dalam waktu singkat publikasi yang besar-besaran melalui media
massa sangat cepat mengena pada rakyat. Metro TV dan MNC TV telah dipegang.
Surat kabar Media Indonesi juga akan digunakan sebagai ajang kampanye. Partai
lainnya adalah Partai SRI dengan ketua Damianus Taufan tokoh sentralnya adalah
Todung Mulya Lubis, Arbi Sanit dan Sri Mulyani juga merupakan partai baru yang
patut diperhitungkan dalam pemilu nanti. Basis massa yang dahulu apatis dan skeptis
dapat berubah ke suara partai ini. Figur tokoh wanita Sri Mulyani merupakan
wadah kaum perempuan buat beraktualisasi dalam politik. Partai lainnya yang
akan berkompetisi juga layak buat pertimbangan.
Konsepsi dan
Relevansi Presidential Threshlod
PAN
merupakan satu-satunya partai yang telah mendeklarasikan sang ketua umumnya
Hatta Rajasa sebagai calon presiden yang akan diusung. Penjaringan dari partai
ini lebih mengutamakan kekeluargaan jadinya suasana internal partai adem ayem. Walaupun
tahun 2014 masih jauh pertempuran syaraf dan patron politik sudah mulai
menginfiltrasi sendi-sendi kehidupan bangsa. Partai lain juga tidak tinggal
diam, Partai Golkar masih berkutat pada perseteruan antara kubu Akbar Tanjung
dengan Jusuf Kalla. Ical sang ketua umum walaupun hampir 70% daerah sudah membrikan
dukungan melalui konvensi akan tetapi belum mendapat restu dari ketua dewan
pertimbangannya Akbar Tanjung. Ia tidak mau ada perpecahan partai. Jusuf Kalla
yang merupakan salah satu kader terbaiknya juga ada indikasi untuk maju sebagai
capres tetap diberi kesempatan untuk bertarung secara demokratis. Jika kalah ia
telah dilirik oleh partai lain dan tetap menjadi kader Partai Golkar?.Ini juga
akan berdampak pada kesolidan partainya. Rapimnas partai menentukan pada siapa
yang resmi akan diusung oleh partai ini. kita tunggu saja siapa yang pantas?. Dalam
peta politik tidak akan pernah tau bahaya medan pertempurannya. Tidak menutup
kemungkinan Akbar Tanjung juga akan maju. Agung Laksono pun juga sebagai figur yang
dikenal publik bisa juga akan dijadikan bursa capres dari internal pertai ini.
Bagaimana dengan partai lain? PDIP masih terkungkung dengan perdebatan antara
tokoh tua atau muda yang akan diusung juga menjadi polemik tersendiri. Figur
sang ketua umum Megawati juga belum tergantikan di internal partai. Partai ini
kelihatannya masih akan melihat perkembangan politik sambil akan menentukan
siapa yang akan maju sebagai capres. Partai Demokrat juga tidak kalah hebohnya
sang istrti R-1 Ani Yudhoyono telah difigurkan sebagai tokoh yang akan
dimajukan sebagai capres. Anas sang ketua umum nya lah yang sebenarnya telah
dipasang oleh partai ini untuk dapat menggantikan figur SBY ia dinilai kader
yang paling tepat. Kalem dan penuh kharisma. Akan tetapi hal lain terjadi
penokohannya terlah terbaca oleh publik citranya diserang dan dihancurkan
pelan-pelan tapi pasti terkait kasus yang menyandranya. Ani merupakan alat yang
dijadikan partai lawan untuk menghembuskan isu telah terjadi tirani dan sistem
kerajaan dalam mengemban reformasi. Akhirnya kebakaran jenggot juga partai ini
dan secara terbuka telah menjaring capres dari internal partai dan eksternal
partai. Partai ini memang banyak tokoh yang dapat dimunculkan. Termasuk Marzuki
Ali ketua DPR dan Andi Mallarangeng merupakan tokoh penting juga. Anas dan Ani
juga masuk dalam bursa capres yang akan diusung oleh partai. Selain itu ada
Dahlan Iskan, Anis Baswedan, Mahfud MD, Djoko Suyanto, dan Pramono Edhi. Sistem
the fonding father selain PDIP juga diterapkan dari partai ini. Penentu akhir
adalah para dewan pembina atau pun dewan pertimbangan partai.
Bagaimana
dengan 3 partai yang berbasis agama?.PKB masih anteng dan belum membuat sikap
sambil menunggu perkembangan partai. Selain itu krisis penokohan juga terjadi
dalam partai ini. Ketua umum yang seharusnya menjadi figur justru terkena kasus
korupsi yang dapat merusak citra partai
juga. PKS pun juga belum memberikan sikap. Tokohnya pun juga tidak kalah
banyak. Cuma dengan gaya politik yang tidak konsisten menyebabkan perjalanan
politiknya terkesan lamban. Akan tetapi kita tidak pernah tau apa ini merupakan
strategi partainya?. Hidayat Nur wakhid dan Tifatul Simbiring merupakan tokoh
yang layak dimajukan buat capres. PPP juga masih menunggu perkembangan partai.
Sang ketua umum Suryadarma Ali yang tidak terperangkap jebakan kasus hukum juga
merupakan tokoh yang paling tepat untuk diusung sebagai capres. Partai Gerindra
walaupun secara legalitas partai menentukan siapa capresnya sudah terbaca oleh publik
sang ketua dewan pembina Prabowo merupakan tokoh yang paling tepat. Partai
Hanura pun juga masih mengandalkan figur sang ketua umum Wiranto untuk dicalonkan sebagai capres. Dari luar
partai juga kuat hembusan isu politik seperti Mahfud MD, Dahlan Iskan, Sri
Mulyani, Surya Palloh, dan Sultan Hamengkubuwono IX akan dimajukan sebagai
capres. Mari kita lihat dan tunggu saja siapa yang layak jadi capres dan
cawapres pilihan rakyat!!!
Itu
lah sedikit dari peta politik yang saya paparkan. Terus bagaimana aturan
yuridisnya?. Dalam Pasal 5 ayat (4) Undang-Undang No.23 Tahun 2003
tentang pemilihan umum presiden dan wakil disebutkan “Pasangan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh
sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi DPR atau 20% (dua
puluh persen) dari perolehan suara sah secara nasional dalam Pemilu anggota
DPR”. dan Pasal 9 Undang-Undang No.42 Tahun 2008
tentang pemilihan umum presiden dan wakil presiden disebutkan “Pasangan Calon diusulkan oleh Partai
Politik atau Gabungan Partai Politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan
perolehan kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR
atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah nasional dalam
Pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden”.
Sebagai bahan perbandingan dari pemilu sebelumnya ini saya berikan data sebagai
berikut: Dalam pemilu tahun 2004
pasangan capres dan cawapres Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla sebesar 36.070.622 (33.58%), Megawati dan
Hasyim M. sebesar 28.186.780
(26.24 %), Wiranto dan
Sallahudin W. sebesar 23.827.512 (22.19 %), Amien Rais dan Siswono Y.H. sebesar
16.042.105 (14.94 %), dan Hamzah dan Agum Gumelar sebesar 3.276.001 (3.05 %). Pada
pemilu tahun 2009 pasangan capres dan cawapres Susilo Bambang Yudhoyono dan
Boediono resmi menang dalam satu putaran. Pasangan yang didukung oleh 24 partai
itu menyapu 60,8% dari 121.504.481 suara sah atau 73.874.562. Dalam rapat yang
berakhir Kamis 23 Juli 2009. Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto
mengumpulkan 32.548.105 (26,79%) dan pasangan Jusuf Kalla dan Wiranto sebesar
15.081.814 (12.41%).
Melihat
telaah saya sangat sulit akan melewati batas ambang presiden dengan melihat
realitas yang terjadi. Peluang partai besar Partai Demokrat, Partai Golkar dan
PDIP akan tetap sulit akan langsung dapat mengusung presiden dari partainya
sendiri. Terlebih lagi aturan diatas akan direvisi dan akan ditingkatkan ambang
batasnya. Jika tetap tidak dirubah koalisi antar partai tetap ada. Justru jika
melebihi batas koalisi besar-besar akan terjadi. Justru saya punya pendapat
harus dinaikan dari 20% suara di DPR menjadi 30% dan dari 25% menjadi 35% dari
jumlah suara nasional. Kenapa demikian?peluang koalisi antar oartai akan
menjadi lentur dan mudah. Dengan demikian akan terbentuk koalisi kenegaraan
yang dapat menyatukan pemikiran konsep kebangsaan bersama dengan bermacam-macam
ideologi yang ada akan memberikan kemanfaatn hasil pemikiran kritis untuk
solusi bangsa. Rakyat pun tidak dibuat bingung karena hanya akan memilih hanya
2 pasangan saja. Jika memang ambang batasnya sama dengan 3,5% hal buruk akan
terjadi. Kenapa? walaupun proses demokratisasi akan berlangsung dengan baik,
justru akan membuat bingung rakyat
pilihan banyak dan fragmentasi perang ideologi akan berlangsung tidak sehat.
Bagaimanapun hasilnya nanti kita tunggu saja Presidential Threshlod yang akan diketok palu dalam rapat paripurna
DPR???
Harmonisasi Parlementary
Threshlod dan Presidential Threshlod
Pertikaian antara 2 ambang batas ini
berimplikasi terhadap proses koalisi partai politik yang akan dibangun.
Perolehan ambang batas sebesar 3,5% dari jumlah suara nasional akan menentukan
pola koalisi dan mekanisme yang akan dilakukan oleh partai politik. Dalam Pasal
6A ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan
“Pasangan calon presiden dan wakil
presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta
pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum”. Hal ini jelas menjadi
landasan legal formal terhadap koalisi antar partai politik dalam transaksional
suara yang akan menentukan bursa pencalonan presiden dan wakil presiden. Jika
pada Rancangan Undang-Undang (RUU) atas perubahan No.42 Tahun 2008 tentang
pemilihan umum presiden dan wakil presiden berhasil membuat perubahan maka juga
akan berimplikasi terhadap peluang antar partai politik dan pencalonan capres
dan cawapres dari masing-masing partai. Apakah justru di bawah angka 20% dan
25%?ataukah diatas angka tersebut?atau justru bagi yang tiap lolos dari angka
3,5% dapat mengajukan pasangan capres dan cawapres?.Mari kita tunggu saja hasil
polemic dan pertarungan politik di negeri ini. Hal tersebut bukan menjadi titik
penting bagi kesuksesan pemilu tahun 2014, akan tetapi kesejahteraan rakyat
terjamin, perekonomian selalu membela rakyat kecil dan reformasi hukum terus
berjalan. Pada kalian kami bertumpu jangan hianati rakyat kecil dengan
hanya memetingkan kepentingan partai.
Siapa yang ideal dalam presiden dan wakil
presiden dalam pemilu tahun 2014?
1. Mahfud MD dan
Ani Yudhoyono (Eksternal partai dan internal PD peluang menang
besar karena mesin politik jalan dan
penokohan religius)
2. Prabowo dan
Megawati (Koalisi antar oposisi lebih kuat dan figur SBY sudah tidak
ada dalam pemilu tahun 2014)
3. Ical dan
Megawati (Pendanaan partai, koalisi antar ideologi dan mesin politik kuat)
4. Jusuf Kalla
dan Prabowo (Tokoh nasional dan figur Probowo yang naik daun lebih
dikenal publik)
No comments:
Post a Comment