Breaking News

09 June 2012

PARLEMENTARY THRESHOLD VS PRESIDENTIAL THRESHOLD (Jalan Lalu Lintas Menuju Pemilu 2014 By: Mas Say)


Perjalanan sejarah dalam tata peta ketata negaraan di Indonesia tidak terlepas dari konstelasi dan pragmatisasi belaka. Kenapa saya mendiskripsikan seperti itu? Konstelasi dan pragmatisasi ini merupakan awal dan pintu bagi setiap partai politik untuk bermanuver dan terus menjalankan strategi guna mencapai tujuan partainya. Kepentingan merupakan sebuah keharusan dan menjadi sebuah kelanggengan. Kemudian rakyat dikemanakan? Rakyat hanya dijadikan sebuah addres dalam jalan lalu lintas dan hanya dimanfaatkan untuk kendaraan orasi partai politik. Perdebatan dan pergulatan antara elit partai politik makin hari tidak mencerminkan pendidikan politik pada rakyat sama sekali. Tidak hanya sebuah persepsi akan tetapi konsepsi itu lebih penting untuk saya cermati terkait polemik politik yang mewarnai negeri tercinta ini dengan adanya parlementary threshold dan presidential threshold. Saya akan mencoba memberikan paradigma awal agar tidak menimbulkan apriori dan fallacy dalam pemaknaan konteks pembacaan fakta dalam sebuah realitas sosial politik yang terjadi di negeri ini. Berikut sedikit ulasan saya:
Konsepsi dan Relevansi Parlementary Threshlod
            Bertolak dengan istilah electoral threshold ini saya akan mengheurmaniotikan dalam tataran filosofis praktisnya. Bertolak dari substansi pandangan Gustav Radbruch tentang hukum positif dalam artiannya adalah mempunyai objek berupa dogmatik hukum. Nah dari sini lah saya akan menggali pemaknaan electoral threshold sebagai makna yang lebih luas bukan sebagai dogmatik hukumnya. Ambang batas pemilihan umum dalam artian electoral threshold itu merupakan induk dari segala induk ketika batasan-batasan dari pihak legislatif diberikan pada partai politik dalam menentukan kebijakan yang akan diambil sebelum dan sesudah pemilu berlangsung baik itu jumlah kursi atau pun batasan presiden yang akan maju di pemilihan presiden. Secara historis pun juga menjadi polemik terkait pemaknaan batasan dari partai politik yang diberikan oleh pihak legislatif. Munculnya istilah parlementary threshold menurut saya bukan hal baru dalam tata perpolitikan di Indonesia. Istilah tersebut muncul juga mengikuti dinamika yang berkembang dalam penyikapan fenomena yang ada. Parlementary threshold ini merupakan dogmatik hukum dan anak dari electoral threshold (digunakan dalam istilah pada pemilu tahun 1999 yang hanya 2%) yang sekarang sudah menjadi landasan yang disepakati bersama. Dalam Pasal 39 ayat (3) Undang-Undang No.3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum disebutkan Untuk dapat mengikuti Pemilihan Umum berikutnya, Partai Politik harus memiliki sebanyak 2% (dua per seratus) dari jumlah kurs DPR atau mmiliki sekurang kurangnya 3% (tiga per seratus) jumlah kursi DPRD l atau DPRD Il yang tersebar sekurang-kurangnya di 1/2(setengah) jumlah propinsi dan di 1/2 (setengah) jumlah kabupaten/kotamadya seluruh Indonesia berdasarkan hasil Pemilihan Umum”. Dalam Pasal 9 Undang-Undang No.12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah disebutkan “(1) Untuk dapat mengikuti Pemilu berikutnya, Partai Politik Peserta Pemilu harus: a. memperoleh sekurang-kurangnya 3% (tiga persen) jumlah kursi DPR; b. memperoleh sekurang-kurangnya 4% (empat persen) jumlah kursi DPRD Provinsi yang tersebar sekurangkurangnya di ? (setengah) jumlah provinsi seluruh Indonesia; atau c. memperoleh sekurang-kurangnya 4% (empat persen) jumlah kursi DPRD Kabupaten/Kota yang tersebar di ? (setengah) jumlah kabupaten/kota seluruh Indonesia”. Dalam Pasal 142 “Partai Politik Peserta Pemilu tahun 1999 yang memperoleh 2% (dua persen) atau lebih dari jumlah kursi DPR atau memperoleh sekurang-kurangnya 3% (tiga persen) jumlah kursi DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota yang tersebar sekurang-kurangnya di? (setengah) jumlah provinsi dan di? (setengah) kabupaten/kota seluruh Indonesia, ditetapkan sebagai Partai Politik Peserta Pemilu setelah Pemilu tahun 1999”
Parlementary threshold ini sebenarnya apa? Secara historis normatif pun banyak penafsiran apakah batas partai pada waktu pemilihan itu untuk dapat ikut pemilu berikutnya?atau kah batasan bagi setiap yang telah melalui batas itu baru anggotanya boleh duduk di parlemen? atau sebaliknya?. Ini merupakan salah satu alat yang akan digunakan dalam pertarungan partai politik guna meraih basis-basis massa di tingkat daerah. Pada pemilu tahun 2009 ambang batas yaitu sebagaimana ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (27) Undang-Undang No.10 Tahun 2008 tentang entang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebesar 2,5% dari suara nasional sebagai batasan dari setiap partai politik agar bisa lolos dan mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sebagai review ini merupakan hasil dari 9 partai yang lolos dari ambang batas tersebut. Partai Demokrat dengan jumlah 150 kursi (20,85%), Partai Golkar 107 kursi (14,45%), PDIP 95 kursi (14,03%), PKS 57 kursi (7,88%), PAN 43 kursi (6,01%), PPP 37 kursi (5,32%), PKB 27 kursi (4,94%), Partai Gerindra 26 kursi (4,46%) dan Partai Hanura 18 kursi (3,77%). Dengan demikian semua jumlah total kursinya adalah sebanyak 560. Sebagai bahan komparasi ini merupakan hasil dari pemilu tahun 2004. Partai Demokrat sebanyak 55 kursi, Partai Golkar 128 kursi, PDIP 109 kursi, PKS 45 kursi, PAN 53 kursi, PPP 58 kursi, PKB 52 kursi, Partai Gerindra dan Hanura belum ikut pemilu, PBB 11 kursi, PBR 14 kursi, PDS 13 kursi, dan partai lain 12. Dengan demikian semua total kursinya adalah sebanyak 550 kursi. Kenapa tahun 2004 masih belum ketat terkait ambang batasnya?dan setiap partai yang mendapatkan kursi langsung dapat duduk di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)? Pasca reformasi bergulir keluar Undang-Undang No.2 Tahun 1999 tentang Partai Politik dan selanjutnya dirubah dengan Undang-Undang No.31 Tahun 2002 tentang Partai Politik. Dengan demikian proses demokratisasi masih mengalami masa transisi dan setiap partai belum terlalu fokus dalam perolehan suara yang akan diperoleh. Mereka hanya memikirkan pencitraan partai saja agar dapat dingat rakyat dan tidak kalah. Tahun 1999 itu lah merupakan torehan sejarah partai-partai menjamur dan merupakan konsep multi partai dalam sistem presidential muncul sebanyak 48 partai peserta pemilu. Tampak aneh memang?tapi itu lah karakteristik bangsa Indonesia dengan keragaman majemuk dan pluralitasnya. Selama proses berjalannya waktu pada tahun 2009 dengan diterapkannya Parlementary threshold, maka dapat terlihat hasil pertarungan dan pergulatan politik yang terjadi antara partai politik. Ingat!!! Pada tahun 2004 terdapat 10 fraksi dan pada tahun 2009 tinggal 9 fraksi yang dapat lolos dan menduduki kursi di parlemen. Fenomena yang dapat dijadikan telaah secara politis adalah ada 2 partai politik yang mengalami kenaikan, yaitu Partai Demokrat dan PKS. Sedangkan 5 partai politik lainnya mengalami penurunan, yaitu PKB, PPP, PAN, Partai Golkar, dan PDIP. Hal fenomenal adalah partai politik baru membuat gebrakan dalam proses demokratisasi di negeri ini yakni Partai Gerindra dan Partai Hanura. Beberapa partai lama justru hancur dan lenyap dari parlemen, yaitu PBR, PDS, PBB, dan beberapa parpol kecil lainnya. Pada tahun 1999 PDIP menjadi pemenang dengan azas nasionalisnya. Tahun 2004 Partai Golkar dengan azas kekaryaannya berhasil menjadi pemenang. Pada tahun 2009 tampil Partai Demokrat dengan azas nasionalis religious nya juga berhasil tampil menjadi pemenang. Lalu tahun 2014 siapa yang menang ya?dan siapa yang justru akan hancur dan terpental dari kursi parlemen?atau justru ada gebrakan dari partai baru lagi?. Dalam Pasal 208 Undang-Undang No.8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah disebutkan Partai Politik Peserta Pemilu harus memenuhi ambang batas perolehan suara sekurang-kurangnya 3,5% (tiga koma lima persen) dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota”. Angka 3,5% tidak mudah untuk ditembus dan semua masih ada peluang untuk menjadi pemenang dan siapa pun juga harus siap kalah. Bagaimanakah analisa dan sintesanya? Berikut ini saya akan mencoba menelaah sedikit peluang partai politik dalam pertarungan pemilu tahun 2014.
1.      Partai Demokrat (PD)
Partai ini didirikan pada 9 September 2001 dengan 99 orang tokoh pendirinya. Tokoh yang dijadikan icon adalah sang inisiator partai yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan loyalis-loyalisnya seperti Vince Rumangkang, Budhi Santoso, Irzan Tandjung, Adhiyaksa Dault dan Sutan Bhatoegana. Partai ini memang fenomenal berawal dengan memanfaatkan kondisi partai politik yang sudah tidak berkarakter lagi tampil membawa visi dan misi baru berazaskan nasionalis-religious mampu membuat publik tergoda buat mencicipinya. Alhasil pada pemilu tahun 2004 berhasil memperoleh 55 kursi peringkat 3 besar dibawah Partai Golkar dan PDIP serta langsung dapat bersaing dengan partai-partai lama. Pada pemilu tahun 2009 gebrakan baru dimunculkan lagi dengan memperoleh 150 kursi dan berhasil menjadi pemenang dalam pemilu tersebut. Tidak cuma moment yang tepat partai ini lebih didukung oleh penokohan dan figur yang sangat dikenal rakyat dan dianggap seorang pemimpin nasional. Walaupun mesin politiknya tidak akan dijalankan maksimal suara rakyat tetap pada partai ini.

Lalu pola penghancuran partai ini seperti apa?
Melihat kondisi seperti ini lawan-lawan partai sangat geram dan pasti akan berusaha membuatnya hancur. Serangan udara dan laut pun dilancarkan akan tetapi dengan figur yang memegang R-1 belum cukup ampuh untuk membuatnya jatuh. Celah darat muncul dengan diungkapnya kasus bendahara umum partai Nazzarudin terjerat kasus korupsi, maka lawan partai politik telah siap siaga untuk membuat rudal-rudal dan ranjau darat agar dapat menyerang jantung pertahanan partai itu. Partai lawan yang memegang media tidak tinggal diam dan langsung dipublikasikan kepada rakyat. Berhubung partai yang masih muda mau sok-sok kan pasti kalah lah bermain dengan partai lama yang sudah ahlinya. Sang bendahara umum pun banyak dintimidasi dan dimanfaatkan oleh lawan partai lawan. Serangan internal terus dilancarkan. Sang ketua umum pun Anas Urbaningrum yang digadang-gadang akan menggantikan figur R-1 dan telah terbaca publik langsung ikut dihajar habis-habisan. Tidak itu saja pengurus lain Angelina juga terkena perangkap lawan. Tidak berhenti disini juga tokoh yang juga menjabat sebagai mentri Andi Mallarangeng juga ikut disikat. Semua jajaran dari pembina partai samapi pengurus bawah berusaha tetap bersatu akan tetapi serangan terus dilancarkan.
Perombakan kabinet, rusuhnya musyawarah daerah sampai penghadangan ketua umum dan sekjend, rolling jajaran di internal partai, penggantian ketua fraksi yang diberikan pada Ali Assegaf, pindahya Benny K.Harman dari Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Kader-kadernya yang terjerat korupsi di daerah langsung dijadikan headline berita dan disuguhkan untuk dipertontonkan pada rakyat sebagai representative Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Semarang Sumartono mendapat hukuman 2.5 tahun penjara disebabkan telah menerima uang sebesar 104 juta dari pemerintah kota dan telah dibagikan ke 13 anggota lainnya terkait pembahasan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan fakta tembakan serangan darat telah menjangkau jantung pertahanan. Wacana yang dihembuskan guna melengkapi penderitaan partai ini adalah akan munculnya orde baru zaman modern dengan sistem oligarki dengan Ani Yudhoyono akan menjadi capres pada pemilu tahun 2014 dan sebagai bukti diterbitkannya tentang gurita cikeas terlepas benar dan tidaknya juga akan memberikan dampak makin terpuruknya partai ini.
Lalu bagaimana basis massanya?
Suara pers belum dipegang cuma siaran di televise terkait program kerja pemerintah, tapi ini akan tetap efektif buat menarik simapti rakyat. Kalangan Tentara Nasional Indonesia (TNI), para tokoh nasionalis, beberapa pondok di tanah air, kalangan praktisi, akademisi ormas-ormas partai yang berada di daerah, partai-partai hasil leburan dari pemilu sebelumnya dan rakyat yang telah kenal figur R-1 merupakan kantong-kantong suara partai ini. Jika kalangan akademisi dapat melihat secara obyektif dengan segala konsekuensinya akan dapat mengurangi suara partai ini. Basis massa yang lainnya menurut saya tidak akan banyak terpengaruh terutama rakyat kecil yang ada didaerah. Pemikiran mereka masih terlalu awam dalam memahami politik yang mereka tau dan kenal adalah R-1 nya sebagai punggawa dalam partai ini. Lalu ditataran mahasiswa dan pemuda? Para alumni HMI yang sudah selesai dalam proses dialektikanya mengingat Anas Urbaningrum pernah menjabat PB HMI dan jaringannya pasti akan menjadi gerbongnya dan GMNI atas simpatisan Sukarwo Gubernur Jawa Timur.
Lalu bagaimana strategi agar dapat menang dalam pemilu?
Ormas-ormas partai yang ada dibawah harus mampu meyakinkan rakyat bahwa partai ini tetap pro rakyat. Bidang-bidang sosial kemasyarakatan yang ada dinternal partai harus lebih terjun kebawah karena arus bawah adalah paling penting.  Figur R-1 harus tetap diamankan dan tetap dikenalkan pada masyarakat masih tetap sebagai pemimpin yang baik. Tokoh-tokoh nasinalis yang dipunyai harus membentuk jaringan untuk melawan arus dan serangan dari partai lain agar lebih kuat pertahanannya. Keluarga TNI baik yang masih aktif dan non aktif harus disatukan dan membentuk basis massa khusus TNI. Pencitraan istri R-1 harus dapat memberikan citra yang baik terhadap kaum wanita. Jumlah wanita baik di tingkat nasional dan daerah juga banyak. Dengan demikian harus segara digerakan untuk menggalang suara dari kaum hawa.
Lalu peluangnya?
Untuk melewati angka 3,5% pasti bisa. Partai ini menurut saya masih aman untuk dapat menjadi pemenang pemilu walaupun suaranya akan jatuh dan tidak akan selisih jauh dengan lawan beratnya seperti Partai Golkar dan PDIP.

2.      Partai Golongan Karya (Golkar)
Partai ini didirikan hampir bersamaan dengan bangkitnya rezim orde baru, dan resmi berdiri pada 20 Oktober 1964. Sejarah yang begitu panjang telah melahirkan beberapa tokoh nasional yang berkarakter sebagai pemimpin nasional. Soeharto merupakan tokoh paling fenomenal dalam perjalanan partai ini. Lewat partai inilah bumi pertiwi ini dapat digenggam dengan mudahnya. Menang selalu dengn jalan aklamasi. Harmoko juga merupakan tokoh penting selama perjalanan sejarah orde baru. Pasca reformasi bergulir partai ini mendapat stigma negatif. Semua tokoh yang ada didalamnya seperti Jusuf kalla, Akbar Tanjung, Agung Laksono, Ical, Prabowo (akhirnya keluar mendirikan partai lain karena kalah dalam konvensi), Wiranto (keluar mendirikan partai lain karena tidak sepaham dengan ideologi partai), Surya Palloh (keluar membentuk ormas dan partai baru karena kalah dalam persaingan perebutan ketum dengan Ical). Jelas dari pregolakan politik yang terjadi terlihat para patron-patron partai dan client-clientnya yang terus membangun partai. Jusuf Kallah d
an Akbar Tanjung adalah 2 tokoh utama dalam membesarkan partai pasca reformasi. Pada pemilu tahun 1999 suaranya jatuh akan tetapi masih termasuk partai papan atas. Pasca tahun 1999 Akbar Tanjung tampil sebagai ketua umum. Permainan selama orde baru telah menjadi asam garam buatnya. Rezim orde baru hancur juga berkat permainan politiknya dengan penggembosan para mentri sebelum Soeharto turun. Manuver politik baik dinternal dan eksternal segera dilancarkan. Sistem konvensi yang dengan penjaringan tokoh nasional dari internal dan ekternal partai dengan turun ke daerah berhasil membuat basis massa yang selama ini hilang dapat direbut dan dipegang kembali. Perpaduan recruitment massa sipil dan militer diracik dengan indahnya. Tidak hanya itu juga semua investor asing dirangkul dan pengusaha-pengusaha dijanjikan iklim usaha yang profir oriented. Hasilnya adalah pada pemilu tahun 2004 partai ini berhasil menjadi pemenang. Tapi ironis dalam pilihan presiden hanya dapat menempatkan Jusuf Kalla sebagai wakil presiden. Koalisi kebangsaan dan kerakyatan pun dibangun agar pemerintah stabil. Partai ini berada pada jalur oposisi bersama PDIP, tapi pasca Yusuf Kalla menjadi ketua umum  pasca pemilu tahun 2004 semua arah kebijakan partai dan program kerja partai ditujukan buat mendukung pemerintah. Aneh???koalisi jadi tidak jelas dan check and balances antara pihak legislatif dan eksekutif menjadi tabu. Hal ini lah yang menjadi salah satu sebab kegoncangan internal partai dan terbukti pada pemilu tahun 2009 hanya pada posisi ke-2 dan suaranya jatuh.
Lalu pola penghancuran partai ini seperti apa?
Berhubung partai lama dan tokoh-tokohnya pun juga tau betul akan medan pertempuran, ketika akan mendapat serangan bentengnya pun terlalu kuat. Apa lagi Ical pun menjabat sebagai ketua Sekretariat Bersama (Setgab) jadi akan lebih leluasa dalam melanjutkan manuver politisasinya dalam partai koalisi. Hal yang akan mengancam citra partai ini adalah ketika ada kebijakan dalam kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) partai ini harus ikut, tapi?dengan permainan cantiknya justru seolah-olah jadi pahlawan bagi rakyat ketika diadakan voting dalam rapat paripurna tersebut. Kegoncangan dan perpecahan di internal partai sajalah yang akan dimanfaatkan oleh partai lain dalam menjatuhkan partai ini. Sebut saja antara kubu Jusuf Kalla dan Akbar tanjung tentang bursa pencalonan presdien apakah lewat konvensi atau akah dengan musyawarah partai.  Deal-deal an politik antara kubu Akbar Tanjung dan Ical dengan Jusuf Kalla dan Surya Paloh (ketika masih di partai ini) juga akan berpengaruh terhadap perpecahan kubu di internal partai. Kasus-kasus hukum yang akan menjerat para kadernya juga segera diredam dan tidak sampai merusak partai
Lalu bagaimana basis massanya?
 Ical sang ketua umum telah memegang media massa termasuk TvONE dan merupakan senjata paling ampuh dalam menjalin komunikasi politik terhadap rakyat. Para pengusaha dengan bermacam-macam perusahaan yang ada di belakangnya akan mampu mendukung pendanaan partai tersebut. Para Pegawai Negeri Sipil (PNS) di semua jenjang instansi baik dari tingkat pusat sampai daerah,tokoh militer, simpatisan orde baru termasuk keluarga Soeharto, Tantowi Yahya dkk akan mampu menembus kalangan entertainer walaupun suaranya tidak banyak. Lalu ditataran mahasiswa dan pemuda?. Mengingat Akbar Tanjung dan Jusuf Kalla adalah petinggi di KAHMI maka para simpatisan dan jaringannya atas HMI akan dapat sebagai penopang. Beberapa GP Anshor atas jaringan Adji Massaid.
Lalu bagaimana strategi agar dapat menang dalam pemilu?
Romantisme kesejahteraan pada masa orde baru harus dapat dimanfaatkan untuk meraih simpati hati rakyat. Media yang telah digunakan harus dapat dimanfaatkan dengan baik langsung mengkultuskan figur Soeharto juga tidak ada salahnya. Pendanaan paling utama dari perusahaan besar harus tetap dipegang, karena uang adalah segalanya dalam pemilu. Bukri kesejahteraan bagi PNS harus dapat terjamin, para simpatisan rezim orde baru harus memperkuat jaringan dan turun ke bawah dengan melaksankan program sosial demi rakyat lewat usaha makro dan mikro sesuia karakteristik Ical sendiri. Para tokoh yang ada di militer baik yang sudah aktif dan tidak harus membuat pola jaringan dan memperkuat basis massanya. Isu perpecahan terkait sistem konvensi dipucuk pimpinan harus segera diselesaikan agar internal partai tetap solid.
Lalu peluangnya?
Angka 3,5% pasti bisa diraihnya, akan tetapi suaranya masih akan naik turun. Hal ini disebabkan akan mengikuti perjalanan kerja politik dari partai yang belum konsisten kadang pro pemerintah dan kadang tidak. Sifat plin plan ini dapat membayakan suara partai.

3.      Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
10 Januari 1973 lahirlah Partai Demokrasi Indoensia (PDI), seiring pergolakan waktu pasca reformasi terdapat dualisme dan tepatnya 14 Februari 1999 dideklarasikan partai ini. Dengan penokohan dari Soekarno dan beralihlah pada anaknya Megawati sebagai tokoh utama dari partai ini dapat memanfaatkan peta politik pasca jatuhnya rezim orde baru. Hasilnya pada tahun 1999 berhasil menjadi pemenang dalam pemilu. Disebabkan belum ada pemilihan langsung terhadap presiden Megawati dijatuhkan dalam sidang istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan hanya berhasil menjadi wakil presiden. Selang beberap tahun Gus Dur yang berhasil menjadi presiden dijatuhkan juga dalam sidang MPR dan menetapkan Megawati sebagai presiden. Partai ini berhasil memegang peranan penting dalam mengendalikan pemerintahan dan berhasil mengeluarkan kebijakan adanya pemilihan langsung termasuk presiden. Hal ini juga dikukuhkan dari amandemen ke-3 Pasal 6A ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Malapetaka datang ketika terjadi perseteruan dengan mentrinya yang sekarang menjadi R-1 dan berhasil mendirikan partai dan langsung menjadi oposisi. Terbukti pada pemilu tahun 2004 cuma pada posis ke-2. Kebijkan tersebut bagaikan menikam partai ini sendiri, kalah popular dengan tokoh partai maka dalam dalam pemilihan presiden akhirnya mengalami kekalahan. Secara otomatis menjadi partai oposisi dengan koalisi kebangsaan yang dibangunnya. Hasil yang tidak menguntuntungkan pada pemilu tahun 2009 suaranya makin jatuh.
Lalu pola penghancuran partai ini seperti apa?
            Menjadi partai oposisi memang sangat sulit untuk mengakses jaringan pada pemerintah. Beruntunglah partai ini masih punya penopang dari dalam pemerintah lewat Taufik Kiemas sebagai ketua MPR dan Pramono Anung sebagai wakil ketua DPR. Hal itu merupakan tempat srategis untuk mengkounter isu-isu yang akan menghancurkan partai ini. Mengingat tokoh-tokohnya juga ahli dalam permainan politik tidak heran jika setiap wacana yang mendera partai ini mampu segera dibendung terutama serangan dari partai pro pemerintah. Wacana pemimpin yang hanya lulusan rendah juga digembar-gemborkan dari partai lain untuk menjatuhkan partai ini. Kader-kadernya yang tersangkut kasus hukum seperti Panda Nababan yang juga merupakan tokoh penting juga akan berpengaruh menghancurkan citra partai ini.
Lalu bagaimana basis massanya?
            Orang-orang jalanan, preman-preman, anak-anak nongkrongan merupakan penyumbang terbesar suara partai ini. Para simpatisan Soekarno dan tokoh nasional zaman orde lama, masyarakat yang berbasis nasionalisme seperti didaerah Solo, Malang dan Bali merupakan grass root terbesar dalam penyumbang suara.
Lalu bagaimana strategi agar dapat menang dalam pemilu?
Jargon partainya “wong cilik” yang selama pemilu tahun 1999 harus dihidupkan lagi agar lebih dapat menarik simpati rakyat dengan realisasi program partai yang real.. Ke-3 daerah Solo, Malang dan Bali harus tetap dipegang. Mengingat media belum dapat dipegang program bantuan sembako terhadap rakyat yang selama ini menjadi ciri khasnya harus terus digerakan agar rakyat kecil makin menarik simpati. Pengkultusan terhadap Soekarno tidak ada salahnya terus dijadikan sebagai icon partai. Citra sebagai partai yang oposisi terhadap pemerintah yang selama ini konsisten dan selalu mendukung kepentingan rakyat harus tetap dijaga dan diberitahukan terhadap publik. Tidak hanya itu saja solusi kongkrit yang dapat dijalankan juga harus diberitahukan pada masyarakat luas. Lalu ditataran mahasiswa dan pemuda? GMNI karena telah mengkultuskan Soekarno sebagai tokoh sepanjang massa dan sifat nasionalismenya. PMKRI dengan semangat nasionalismenya.
Lalu peluangnya?
Untuk tembus angka 3,5% masih aman dan pasti bisa. Akan tetapi jika tidak dapat menjaga ritme permainan politik yang selalu pro rakyat maka floating mass akan hilang dan basis massa akan berkurang.

4.      Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Partai ini didirikan 20 Juli 1998 dengan nama Partai Keadilan (PK) dan 20 April 2002 baru menjadi PKS. Didirikan oleh 50 orang dan tokoh yang paling terkenal adalah Tifatul Sembiring, Hidayat Nur Wahid, Rahmat Abdullah, Noermahmudi Ismail, Mashadi dan Anis Matta. Setelah mengalami perubahan nama yang disebabkan tidak mencapai 2% pada pemilu tahun 1999 sebagai batas ambang partai, maka berubah namanya. Pada pemilu tahun 2004 telah berhasil membuat partai yang mengambil basis massa dari floating mass dari kaum muslimin dan mampu memberikan tawaran baru bagi rakyat yang islamis dan terbukti menduduki peringkat ke-6. Dengan berbagai manuver yang mendekati pemerintah dan berkoalisi pada koalisi kerakyatan berhasil lah membuat jaringan dan pencitraan pada publik. Terbukti pada pemilu tahun 2009 berhasil naik peringkat pada posisi ke-4 dan menjadi partai terdepan yang berbasis islam sebagai media dakwahnya.
Lalu pola penghancuran partai ini seperti apa?
Partai ini merupakan sarana dakwah bagi islam demikian dalam visi dan misi yang disampaikan. Partai ini hanya bersifat eksklusif hanya kaum dan golongan tertentu. Dalam beberapa kebijakan yang diambil telah membawa citra buruk bagi partai ini. Perekrutan yang melibatkan unsur agama lain dan golongan lain. Ini juga menjadi polemik tersendiri di internal partai. Ditengah maraknya sang mentri Tifatul Simbiring dalam memerangi pornografi, kader partai ini sebut saja salah satunya Arifinto justru nonton film porno waktu rapat diparlemen dan telah tertangkap oleh wartawan. Ini menjadi publikasi yang akan menghancurkan reputasi partai yang berbasis islam justru kelakuannya kadernya bertolak belakang dengan konsep islam. Hal tersebut justru sangat memalukan. Kegoncangan juga berpengaruh pada kondisi internal partai. Untung dijajaran kabinet masih terpasang sang mentri yang selalu memback up wacana yang akan merusak citra partai. Akhir-akhir ini reputasi partai ini juga dipertaruhkan dalam koalisi. Dalam penentuan kebijakan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) partai ini benar-benar hanya mencari citra politik terhadap rakyat. Partai yang tidak konsisten terhadap kebijakan dalam koalisi. Untung partai ini tidak didepak dari koalisi.
Lalu bagaimana basis massanya?
Para cendekiawan, pondok-pondok pesantren yang berpaham salafi, dan simpatisan para tokoh dengan grass root yang ada dibawah. Ormas-ormas partai yang berada di tingkat masyarakat dan pemuda. Lalu ditataran mahasiswa dan pemuda? KAMMI dan LDK kampus si seluruh Indonesia. Gerakan ini telah mencekoki pola pikir mahasiswa dengan menjadi simpatisan langsung berpolitik praktis walaupun itu sah dalam politik, tapi telah mencederai idealisme demokratisasi mahasiswa. Beberapa simpatisan HTI.
Lalu bagaimana strategi agar dapat menang dalam pemilu?
Kekonsistenan dalam pengambilan kebijakan harus dapat dipertahankan. Media dakwah yang langsung menyentuh masyarakat bawah. Dengan memasukan kader-kadernya dalam kepengurusan masjid akan menjadi senjata ampuh. Perilaku kader harus tetap terjaga dengan selalu mencerminkan jiwa islam. Media massa harus dicoba dimanfaatkan agar reputasi partai akan selalu dapat tempat dihati rakyat.
Lalu peluangnya?
            Agar dapat meraih 3,5% masih aman.

5.      Partai Amanat Nasional (PAN)
Partai ini lahir pada 23 Agustus 1998. Sang inisiatornya adalah Amien Rais dengan para tokoh nasional lainnya yaitu: Goenawan Muhammad, Rizal Ramli, Abdillah Toha, Albert Hasibuan, Toety Heraty, Emil Salim, Faisal Basri, A Fatwa, Alvin Lie Ling Pao, dan Zoemrotin. Partai ini merupakan kebanyakan para tokoh ini merupakan para penggerak reformasi dan oknum yang berhasil menumbangkan rezim orde baru. Gebrakan pada pemilu tahun 1999 tidak berjalan efektif. Bahkan pada pemilihan presiden sang maenstro Amien Rais justru terjunggal kalah dalam pemilu pilihan presiden. Pada pemilu tahun 2004 dan 2009 pun juga hanya meraih posisi ke-5. Sutrisno Bachir dan Zulkifli Hasan kurang mampu memetakan floating kader partai. Perjalnannya relative stagnan. Para tokoh yang salah membaca peta politik dan mesin partai yang tidak berjalan menjadikan partai ini tidak memberikan gebrakan yang berrati. Mengingat para tokoh nya adalah kaum reformis seharusnya mampu meraih bassis massa dan membaca medan pertempuran.
Lalu pola penghancuran partai ini seperti apa?
Dalam tataran peta politik partai ini telah berhasil menempatkan kader terbaiknya Hatta Rajasa yang sekarang juga menjadi ketua umum jajaran mentri di partai koalisi. Mengingat perjalanan partai ini relatif stabil turun tidak dan naik juga tidak, sehingga menyebabkan hasilnya pun tidak mengena pada rakyat. Adem ayemnya partai ini terkadang juga akan menjadikan boomerang bagai partainya sendiri dan akan dimanfaatkan oleh partai lain.
Lalu bagaimana basis massanya?
Lembaga dakwah dan pondok-pondok pesantern yang berpaham muhamadiyah merupakan basis massa yang terbesar. Simpatisan dari para tokoh pendiri masih akan sangat memberikan kontribusi suara partai. Beberapa pengusaha dari jaringan Sutrisno Bachir juga akan dapat mendongkrak suara partai. Penokohan Amien Rais dan Din Syamsudin masih akan mampu membawa citra baik bagi partai ini. Ormas-ormas yang berada dibawah kepengurusan muhamadiyah adalah secong voice dalam mendompleng suara partai. Lalu ditataran mahasiswa dan pemuda?IMM dan simpatisannya.

Lalu bagaimana strategi agar dapat menang dalam pemilu?
Gebrakan baru yang kongkrit harus segera ditunjukan partai ini agar perjalanan karier partai tidak stagnan. Lembaga dakwah dan pondok yang berbasis muhamadiyah juga harus tetap dipegang agar tidak lepas. Program sosial juga harus tetap digerakan.
Lalu peluangnya?
Masih aman agar dapat 3,5 % walau harus tetap merubah strategi politiknya.

6.      Partai Persatuan dan Pembangunan (PPP)
Partai ini telah mewarnai perjalanan bangsa Indonesia. Selama masa orde baru ikut aktif menjadi penopang demokrasi di Indonesia yang mewakili kaum muslimin secara umum. Tepatnya berdiri pada 5 Januari 1973. Partai ini juga hasil leburan dari Partai NU, PSII, Perti dan Parmusi. Beberapa tokoh nasional yang perlu dipertimbangkan dari partai ini seperti, Suryadharma Ali, Irgan Chairul Mahfidz, Hamzah Has, dan Bachtiar Chamsyah. Walaupun pasca reformasi banyak bermunculan partai yang berbasis islam, tetapi partai ini masih dapat membuktikan masih punya basis massa di kalangan umat islam. Hal ini terbukti pada pemilu tahun 2004 mendapat 59 kursi dan pemilu pada tahun 2009 58 kursi. Tokoh politikus yang vocal dan kritis seperti Ahmad Yani juga akan mewarnai pertempuran di kalangan antar kader di parlemen.
Lalu pola penghancuran partai ini seperti apa?
Tidak banyak masalah yang ditimbulkan dari partai ini. Dalam jajaran koalisi setiap pengambilan kebijakan selalu mendukung kebijakan pemerintah. Kadang dengan sifat kebijakan partai yang kalem ini dapat dimanfaatkan oleh oknum tertentu. Sedikit perseteruan antara Suryadharma Ali dan Bachtiar Chamsyah sidikit merusak citra partai ini akan menganggu kinerja internal partai. Kader yang terkena kasus korupsi Amin Nurdi aka mengancam rusaknya pandangan dari masyarakat tentang citra positif dari partai ini.
Lalu bagaimana basis massanya?
Floatting mass antara kaum Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammdiyah merupakan bassi massa yang paling tinggi kontribusi terhadap partai ini. Kader-kader ini biasanya terletak pada beberapa pondok di daerah jawa. Simpatisan dari para pendiri masih akan memberikan citra positif. Masyarakat awam yang dengan latar belakang sejarah partai ini sudah mengakar di kalangan rakyat kecil akan dapat memberikan suara significant dalam partai ini. Lalu ditataran mahasiswa dan pemuda? beberapa PMII dan simpatisannya. Jaringan HMI dari Ahmad Yani.
Lalu bagaimana strategi agar dapat menang dalam pemilu?
Harus tetap memperkuat basis massa di kalangan masyarakat bawah dengan memegang kepengurusan pondok dan lembaga dakwah. Pencitraan partai yang dalam historis telah membawa perubahan terhadap dinamika demokratisasi umat islam harus tetap dipublikasikan. Media dakwah harus tetap dijalankan. Pencitraan tokoh islamisnya harus dipertahankan.
Lalu peluangnya?
Masih aman agar meraih 3,5%, tapi harus berjuang membangun bassis massa baru jika tidak sulit melewati ambang batas parlemen tersebut.
7.      Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Partai ini berdiri pada 23 Juli 1998 bersamaan dengan disuarakannya zaman reformasi. Gebrakan baru para pemikir islam yang moderat dan pluralis sangat menjadi ciri khas partai ini. Sang tokoh besar dan sekaligus inisiatornya adalah Gus Dur. Ia adalah putra dari ormas islam terbesar di Indonesia Nahdatul Ulama (NU). Walaupun dahulu zaman massa orde baru sebagian tokohnya lari ke PPP. Dengan bassis massa dari kalangan NU dengan ulama sebagai tendensi dalam perekrutan suara cukup memberikan kontribusi bagi suara partai ini. Terbukti pada pemilu tahun 2004 meraih suara 51 suara dan pada pemilu tahun 2009 meraih 52 suara. Pencapaian tertinggi partai ini adalah dengan politik cantiknya pada pemilihan presiden tahun 1999 melalui sidang istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dapat menjatuhkan suara PDIP yang pada waktu itu menjadi partai pemenang dalam pemilu tahun 1999 dengan mengalahkan Megawati dalam votting suara. Hal buruk terjadi ketika  beberapa tahun sesudahnya kebijakan yang diambil oleh Gus Dur dirasa tidak rasioanal dan dikhawatirkan akan mengancam stabilitas politik serta adanya kasus Bulog maka Gu Dur dijatuhkan dalam sudang istimewa dan akhirnya Megawati menggantikannya.
Lalu pola penghancuran partai ini seperti apa?
Kondisi internal partai yang akan menjadi perjalanan sejarah kelam partai ini adalah perseteruan antar pucuk kepemimpinannya. Dualisme kepengurusan antara Gus Dur dan Matori Abdul Djalil merupakan awal dari permasalahan partai ini. Disisi lain juga masih ada tandingan dengan pucuk kepemimpinan Alwi Shihab. Kondisi ini akan dimanfaatkan oleh partai lain untuk menjatuhkan citra partai ini. Dalam perjalanannya tokoh besar lainnya Muhaimn Iskandar berhasil menjadi ketua umum. Dengan kebijakan yang diambilnya dan dirasa tidak menghiraukan instruksi dari dewan syuro yang dipegang oleh Gus Dur ketua umunya dijatuhkan. Dengan saling membangun basis massa dan loyalis di partai ini mereka saling berseberangan. Sengketa ke pengadilan pun juga ditempuh oleh kedua kepengrusan. Akhirnya putusan tata usaha negara memenangkan kubu Muhaimin Iskandar dan beberapa jajarannya yang masih loyal untuk dapat mengkuti pemilu tahun 2009. Sang ketua umum ini berhasil melakukan lobi-lobi politik ke pemerintahan dan mendapatkan jatah kursi dengan koalisi di pemerintahan. Citra partai ini diintimidasi baik dari internal partai yang tidak sepaham dengan lawan yang ada diluar dengan memanfaatkan kasus ketua umumnya di kementrian tenaga kerja dan transmigrasi. Kondisi ini juga akan menjatuhkan nama baik partai. Dalam beberapa kebijakan yang diambil oleh pemerintah kader Lily Wakhid terkadang dapat menjadi figure tentang kekritisan dari partai ini.
Lalu bagaimana basis massanya?

Basis massa terbesarnya adalah kaum nahdiyin yang tersebar di seluruh pondok pesantren khususnya di jawa timur. Ormas-ormas yang ada dibawahnya merupakan tim Banser yang terorganisir secara strukutural akan mampu mmberikan suara terhadap partai ini. Lalu ditataran mahasiswa dan pemuda? PMII dan GP Anshor
Lalu bagaimana strategi agar dapat menang dalam pemilu?
Pondok pesantren yang berpaham NU harus tetap dipegang. Lembaga dakwah dan ormas yang berada dibawahnya harus gerak ke masyarakat. Harus aktif dalam kegaiatan sosial. Citra Gud Dur sebagai ulama besar masih dapat dipertimbangkan sebagai figurnya. Walaupun dalam lembaran sejarah tidak pernah sejalan. Instruksi ulama yang memihak terhadap kaum muslim akan dapat menaikan keterpihakan dari kaum muslim lainnya, bahwa kebijakan yang diambil masih berpihak pada kaum islam.
Lalu peluangnya?
Agar dapat meraih 3,5% masih aman dan dengan catatan NU harus tetap dipegang.

8.      Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
Partai ini tepatnya lahir pada tanggal 6 Februari 2008. Sang inisiatornya adalah Prabowo dengan para pendukungnya seperti Suhardi, Ahmad Muzani, Fadli Zon dan Muchdi. Sebenarnya prabowo ini merupakan jebolan dari Partai Golkar. Ia mengawali karier politiknya pada bursa konvensi yang dilakukan oleh Partai Golkar untuk menjaring siapa yang akan untuk menjadi presiden pada tahun 2004. Akan tetapi ia kalah dengan Wiranto. Keduanya merupakan jajaran para simpatisan dari rezim orde baru. Dengan perjalanan sejarah dan dinamika demokrasi yang terjadi akhirnya mereka berdua keluar dari partai tersebut dengan mendirikan partai sendiri. Sang inisiator merupakan ketua umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI). Pada tahun 2004 ia dan rekan seperjuagannya belum mendeklarasikan partai dan baru pemikiran saja. Ia sendiri juga masih terikat dengan keanggotaannya sebagai kader Partai Golkar. Setelah keluar dengan memanfaatkan posisi jaringan yang dekat denngan para petani dan pedagang berhasil membuat partai ini merupakan partai perserta pemilu pada tahun 2009 yang penuh gebrakan. Dengan memanfaatkan media televisi dan pencitraan seorang figur prabowo dengan melekatkan sedikit citra dari lingkaran keluarga cendana. Terbukti ampuh memberikan suatu nuansa politik baru bagi rakyat. Hal ini terbukti pada pemilu tahun 2009 berhasil melewati ambang batas parlemen dan memperoleh 26 kursi. Tidak hanya itu saja sang tokoh Prabowo juga ternyta dilirik oleh PDIP untuk mendampingi Megawati dalam pemilu presiden dan wakil presiden pada tahun 2009. Walapun hasilnya kalah, partai ini menjadi partai oposisi terhadap pemerintah dalam melakukan manuver politik yang akan digunakan dalam peperangan politik berikutnya. Tidak hanya itu saja partai kecil yang tidak lolos dalam ambang batas seperti PDS dan PBR berhasil dijadikan meleburkan diri dan ketua partai masuk dalam jajaran anggota dewan pembina mendampingi Prabowo.

Lalu pola penghancuran partai ini seperti apa?
Skema yang digunakan partai lain dalam menjatuhkan citra partai ini hanya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) ketika Prabowo masih menjabat Pangkostrad TNI semasa rezim orde baru. Isu it uterus diangkat untuk menjatuhkan tokoh atau pun partainya
Lalu bagaimana basis massanya?
Seluruh anggota HKTI dan APPSI dapat menjadi penopang utama. Rekan TNI baik yang aktif dan tidak dari tokohnya. Para tokoh nasionalis moderat dan kaum pinggiran. Kaum China dan Thoing Hoa. Lalu ditataran mahasiswa dan pemuda? Beberapa simpatisan GMNI dengan pancasilismenya.
Lalu bagaimana strategi agar dapat menang dalam pemilu?
Strategi yang harus dilakukuan oleh partai ini tidak ada salahnya jika pencitraan sebelum pemilu tahun 2009 diterapkan lagi. Figur Prabowo yang sudah merakyat dan dikenal diberbagai kalangan harus dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Ormas yang berada dibawah dalam menopang struktural partai seperti pimpinan Hercules harus segera turun ke bawah. Kalangan kaum pinggiran dapat dijadikan basis massanya. Rekan di TNI baik yang masih aktif dan tidak dapat digunakan dalam menggalang massa di tingkat atas. Kaum China dan Thiong Hoa yang sudah melekat pada partai ini harus tetap terjaga dan dipegang.
Lalu peluangnya?
Masih aman dapat 3,5% dengan catatan penokohan dan HKTI serta APPSI solid.

9.      Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)
Partai ini lahir pada 14 November 2006. Konseptornya adalah Wiranto dengan rekan-rekannya seperti: Fuad Bawazier, Yus Usman Sumanegara, Subagyo H.S, Samuel Koto, Tuti Alawiyah, Anwar Fuady, Elza Syarief, Suaidi Marasabessy dan Djafar Badjeber. Sang figur Wiranto merupakan jebolan dari Partai Golkar dan telah menang dalam konvensi pada tahun 2004. Walaupun hasil akhir kalah dalam pencalonannya. Dengan basis massa dari kalangan TNI partai ini ternyata dapat memproleh simpati publik. Hal ini terbukti pada pemilu tahun 2009 berhasil lolos dari ambang batas parlemen dengan meraih 18 kursi. Tokoh yang terkenal kekritisannya adalah Syarifudin Suding yang berada di Komisis III DPR. Pencapaian yang patut diperhitungkan dari partai ini adalah Wiranto maju dalam pemilihan presiden dan wakil presiden. Hal ini menunjukan partai ini masih dapat tempat di hati rakyat. Partai ini menempatkan memilih oposisi terhadap pemerintah.
Lalu pola penghancuran partai ini seperti apa?
Tidak jauh berbeda dengan tokoh dari Partai Gerindra Prabowo isu yang diwacanakan adalah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Kejadian tersebut terjadi ketika Wiranto masih menjabat sebagai Panglima TNI.
Lalu bagaimana basis massanya?
Basis massa yang dimiliki masih dari kalangan TNI, para simpatisan dari masing-masing tokoh dan beberapa ormas yang berada dibawahnya. Jaringan HMI dari kader Faisal Akbar.
Lalu bagaimana strategi agar dapat menang dalam pemilu?
Partai ini harus membuat sebuah jaringan massa yang besar dan dapat segera dikenal rakyat. Jika tidak dengan kaderisasi yang terkihat stagnan akan membahayakan suara. Program sosial dari partai harus segera dapat dikongkritkan terhadap rakyat.
Lalu peluangnya?
Masih sulit mendapat 3,5%  jika dengan kondisi ini berlangsung terus dan tidak ada penyikapan partai yang strategis

PERLU DI INGAT!!!
            Dalam proses demokratisasi dalam pertempuran pada pemilu tahun 2014 nanti telah lahir partai-partai baru yang dapat membayakan partai yang duduk di parlemen sekarang. Mereka bisa terdepak dengan kehadirannya. Partai Nasdem dengan sang ketua Patrice Rio Capella dan Liga Mahasiswanya pimpinan Willy Aditya yang  berangkat dari ormas Nasdem atas inisiator Surya Paloh merupakan gerakan massa yang harus diwaspadai. Ia juga jebolan dari Partai Golkar. Dalam waktu singkat publikasi yang besar-besaran melalui media massa sangat cepat mengena pada rakyat. Metro TV dan MNC TV telah dipegang. Surat kabar Media Indonesi juga akan digunakan sebagai ajang kampanye. Partai lainnya adalah Partai SRI dengan ketua Damianus Taufan tokoh sentralnya adalah Todung Mulya Lubis, Arbi Sanit dan Sri Mulyani juga merupakan partai baru yang patut diperhitungkan dalam pemilu nanti. Basis massa yang dahulu apatis dan skeptis dapat berubah ke suara partai ini. Figur tokoh wanita Sri Mulyani merupakan wadah kaum perempuan buat beraktualisasi dalam politik. Partai lainnya yang akan berkompetisi juga layak buat pertimbangan.

Konsepsi dan Relevansi Presidential Threshlod
PAN merupakan satu-satunya partai yang telah mendeklarasikan sang ketua umumnya Hatta Rajasa sebagai calon presiden yang akan diusung. Penjaringan dari partai ini lebih mengutamakan kekeluargaan jadinya suasana internal partai adem ayem. Walaupun tahun 2014 masih jauh pertempuran syaraf dan patron politik sudah mulai menginfiltrasi sendi-sendi kehidupan bangsa. Partai lain juga tidak tinggal diam, Partai Golkar masih berkutat pada perseteruan antara kubu Akbar Tanjung dengan Jusuf Kalla. Ical sang ketua umum walaupun hampir 70% daerah sudah membrikan dukungan melalui konvensi akan tetapi belum mendapat restu dari ketua dewan pertimbangannya Akbar Tanjung. Ia tidak mau ada perpecahan partai. Jusuf Kalla yang merupakan salah satu kader terbaiknya juga ada indikasi untuk maju sebagai capres tetap diberi kesempatan untuk bertarung secara demokratis. Jika kalah ia telah dilirik oleh partai lain dan tetap menjadi kader Partai Golkar?.Ini juga akan berdampak pada kesolidan partainya. Rapimnas partai menentukan pada siapa yang resmi akan diusung oleh partai ini. kita tunggu saja siapa yang pantas?. Dalam peta politik tidak akan pernah tau bahaya medan pertempurannya. Tidak menutup kemungkinan Akbar Tanjung juga akan maju. Agung Laksono pun juga sebagai figur yang dikenal publik bisa juga akan dijadikan bursa capres dari internal pertai ini. Bagaimana dengan partai lain? PDIP masih terkungkung dengan perdebatan antara tokoh tua atau muda yang akan diusung juga menjadi polemik tersendiri. Figur sang ketua umum Megawati juga belum tergantikan di internal partai. Partai ini kelihatannya masih akan melihat perkembangan politik sambil akan menentukan siapa yang akan maju sebagai capres. Partai Demokrat juga tidak kalah hebohnya sang istrti R-1 Ani Yudhoyono telah difigurkan sebagai tokoh yang akan dimajukan sebagai capres. Anas sang ketua umum nya lah yang sebenarnya telah dipasang oleh partai ini untuk dapat menggantikan figur SBY ia dinilai kader yang paling tepat. Kalem dan penuh kharisma. Akan tetapi hal lain terjadi penokohannya terlah terbaca oleh publik citranya diserang dan dihancurkan pelan-pelan tapi pasti terkait kasus yang menyandranya. Ani merupakan alat yang dijadikan partai lawan untuk menghembuskan isu telah terjadi tirani dan sistem kerajaan dalam mengemban reformasi. Akhirnya kebakaran jenggot juga partai ini dan secara terbuka telah menjaring capres dari internal partai dan eksternal partai. Partai ini memang banyak tokoh yang dapat dimunculkan. Termasuk Marzuki Ali ketua DPR dan Andi Mallarangeng merupakan tokoh penting juga. Anas dan Ani juga masuk dalam bursa capres yang akan diusung oleh partai. Selain itu ada Dahlan Iskan, Anis Baswedan, Mahfud MD, Djoko Suyanto, dan Pramono Edhi. Sistem the fonding father selain PDIP juga diterapkan dari partai ini. Penentu akhir adalah para dewan pembina atau pun dewan pertimbangan partai.
Bagaimana dengan 3 partai yang berbasis agama?.PKB masih anteng dan belum membuat sikap sambil menunggu perkembangan partai. Selain itu krisis penokohan juga terjadi dalam partai ini. Ketua umum yang seharusnya menjadi figur justru terkena kasus korupsi yang dapat merusak citra partai  juga. PKS pun juga belum memberikan sikap. Tokohnya pun juga tidak kalah banyak. Cuma dengan gaya politik yang tidak konsisten menyebabkan perjalanan politiknya terkesan lamban. Akan tetapi kita tidak pernah tau apa ini merupakan strategi partainya?. Hidayat Nur wakhid dan Tifatul Simbiring merupakan tokoh yang layak dimajukan buat capres. PPP juga masih menunggu perkembangan partai. Sang ketua umum Suryadarma Ali yang tidak terperangkap jebakan kasus hukum juga merupakan tokoh yang paling tepat untuk diusung sebagai capres. Partai Gerindra walaupun secara legalitas partai menentukan siapa capresnya sudah terbaca oleh publik sang ketua dewan pembina Prabowo merupakan tokoh yang paling tepat. Partai Hanura pun juga masih mengandalkan figur sang ketua umum Wiranto  untuk dicalonkan sebagai capres. Dari luar partai juga kuat hembusan isu politik seperti Mahfud MD, Dahlan Iskan, Sri Mulyani, Surya Palloh, dan Sultan Hamengkubuwono IX akan dimajukan sebagai capres. Mari kita lihat dan tunggu saja siapa yang layak jadi capres dan cawapres pilihan rakyat!!!
Itu lah sedikit dari peta politik yang saya paparkan. Terus bagaimana aturan yuridisnya?. Dalam Pasal 5 ayat (4) Undang-Undang No.23 Tahun 2003 tentang pemilihan umum presiden dan wakil disebutkan “Pasangan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi DPR atau 20% (dua puluh persen) dari perolehan suara sah secara nasional dalam Pemilu anggota DPR”. dan Pasal 9 Undang-Undang No.42 Tahun 2008 tentang pemilihan umum presiden dan wakil presiden disebutkan “Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah nasional dalam Pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden”. Sebagai bahan perbandingan dari pemilu sebelumnya ini saya berikan data sebagai berikut: Dalam pemilu tahun 2004 pasangan capres dan cawapres Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla sebesar 36.070.622 (33.58%), Megawati dan Hasyim M. sebesar 28.186.780 (26.24 %), Wiranto dan Sallahudin W. sebesar 23.827.512 (22.19 %), Amien Rais dan Siswono Y.H. sebesar 16.042.105 (14.94 %), dan Hamzah dan Agum Gumelar sebesar 3.276.001 (3.05 %). Pada pemilu tahun 2009 pasangan capres dan cawapres Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono resmi menang dalam satu putaran. Pasangan yang didukung oleh 24 partai itu menyapu 60,8% dari 121.504.481 suara sah atau 73.874.562. Dalam rapat yang berakhir Kamis 23 Juli 2009. Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto mengumpulkan 32.548.105 (26,79%) dan pasangan Jusuf Kalla dan Wiranto sebesar 15.081.814 (12.41%).
Melihat telaah saya sangat sulit akan melewati batas ambang presiden dengan melihat realitas yang terjadi. Peluang partai besar Partai Demokrat, Partai Golkar dan PDIP akan tetap sulit akan langsung dapat mengusung presiden dari partainya sendiri. Terlebih lagi aturan diatas akan direvisi dan akan ditingkatkan ambang batasnya. Jika tetap tidak dirubah koalisi antar partai tetap ada. Justru jika melebihi batas koalisi besar-besar akan terjadi. Justru saya punya pendapat harus dinaikan dari 20% suara di DPR menjadi 30% dan dari 25% menjadi 35% dari jumlah suara nasional. Kenapa demikian?peluang koalisi antar oartai akan menjadi lentur dan mudah. Dengan demikian akan terbentuk koalisi kenegaraan yang dapat menyatukan pemikiran konsep kebangsaan bersama dengan bermacam-macam ideologi yang ada akan memberikan kemanfaatn hasil pemikiran kritis untuk solusi bangsa. Rakyat pun tidak dibuat bingung karena hanya akan memilih hanya 2 pasangan saja. Jika memang ambang batasnya sama dengan 3,5% hal buruk akan terjadi. Kenapa? walaupun proses demokratisasi akan berlangsung dengan baik, justru akan membuat  bingung rakyat pilihan banyak dan fragmentasi perang ideologi akan berlangsung tidak sehat. Bagaimanapun hasilnya nanti kita tunggu saja Presidential Threshlod yang akan diketok palu dalam rapat paripurna DPR???

Harmonisasi Parlementary Threshlod dan Presidential Threshlod
            Pertikaian antara 2 ambang batas ini berimplikasi terhadap proses koalisi partai politik yang akan dibangun. Perolehan ambang batas sebesar 3,5% dari jumlah suara nasional akan menentukan pola koalisi dan mekanisme yang akan dilakukan oleh partai politik. Dalam Pasal 6A ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan “Pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum”. Hal ini jelas menjadi landasan legal formal terhadap koalisi antar partai politik dalam transaksional suara yang akan menentukan bursa pencalonan presiden dan wakil presiden. Jika pada Rancangan Undang-Undang (RUU) atas perubahan No.42 Tahun 2008 tentang pemilihan umum presiden dan wakil presiden berhasil membuat perubahan maka juga akan berimplikasi terhadap peluang antar partai politik dan pencalonan capres dan cawapres dari masing-masing partai. Apakah justru di bawah angka 20% dan 25%?ataukah diatas angka tersebut?atau justru bagi yang tiap lolos dari angka 3,5% dapat mengajukan pasangan capres dan cawapres?.Mari kita tunggu saja hasil polemic dan pertarungan politik di negeri ini. Hal tersebut bukan menjadi titik penting bagi kesuksesan pemilu tahun 2014, akan tetapi kesejahteraan rakyat terjamin, perekonomian selalu membela rakyat kecil dan reformasi hukum terus berjalan. Pada kalian kami bertumpu jangan hianati rakyat kecil dengan hanya  memetingkan kepentingan partai.

            Siapa yang ideal dalam presiden dan wakil presiden dalam pemilu tahun 2014?
1. Mahfud MD dan Ani Yudhoyono (Eksternal partai dan internal PD peluang menang 
    besar karena mesin politik jalan dan penokohan religius)
2. Prabowo dan Megawati (Koalisi antar oposisi lebih kuat dan figur SBY sudah tidak
    ada dalam pemilu tahun 2014)
3. Ical dan Megawati (Pendanaan partai, koalisi antar ideologi dan mesin politik kuat)
4. Jusuf Kalla dan Prabowo (Tokoh nasional dan figur Probowo yang naik daun lebih
    dikenal publik)


Read more ...
Designed By Mas Say