Breaking News

20 September 2011

MAKALAH TENTANG HAKEKAT KEMATIAN DALAM KEHIDUPAN MANUSIA DITINJAU DARI AL-QUR`AN DAN AL-HADIST


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kehidupan manusia akan berakhir ketika Malaikat Izroil datang untuk mencabut nyawa manusia. Mati adalah akhir dari kehidupan manusia didunia, tapi kematian itu merupakan titik pangkal kehidupan manusia diakherat. Kehidupan didunia itu ibarat orang mencari bekal untuk kehidupan yang lebih lama dan kekal. Manusia tidak akan pernah mengerti hakekat kehidupan jika ia tidak mau mengingat arti dan hakekat kematian. Allah berfirman “Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati” (Q:S Ali-Imran 185). Berdasarkan firman allah ini telah jelas bahwa manusia pasti akan menghadapi kematian kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan apapun. Orang yang pintar adalah orang yang bisa mengingat mati dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengingat kematian manusia akan lebih bijak dan berhati-hati dalam menungkatkan keimanan dan ketawaan pada Allah SWT. Rosulluloh SAW bersabda ”banyak-banyaklah mengingat mati sebab mengingat mati itu menhapuskan dosa dan mengkikis ambisi seseorang terhadap dunia serta cukuplah mati sebagai pemberi paeringatan” (H.R Bukhori Muslim).
 Keutamaan mengingat mati akan menghilangkan kenikmatan kehidupan didunia. Dengan mengingat maut dengan sendirinya akan menimbulkan ketidak senangan terhadap dunia yang sarat dengan tipu daya dan mendorong manusia untuk melakukan persiapan bagi kehidupan di akherat. Sedangkan kelalaian terhadap maut akan mendorong manusia untuk tenggelam dalam nafsu duniawi. Rosulluloh SAW bersabda ”kematian adalah hadiah yang sangat berharga bagi orang yang beriman”. (HR Muslim). Dunia ibarat sebuah penjara bagi orang yang beriman artinya ia akan terus menerus berada dalam situasi dan kondisi yang sulit akan menyiksa jiwanya karna perjuanganya dan penolakannya terhadap nafsunya sendiri. Kematian adalah keterbebasan jiwa dan menjadi yang tak ternilai (Al-Ghozali, 2000:27)
Allah SWT berfirman ”Dimana saja kamu berada kematian akan mendapatkan kamu kendati pun kamu berada dalam benteng yang tinggi dan kokoh”. (Q.S An-Nisa:78). Jika ditinjau dari firman Allah SWT ini maka kematian sesorang tempatnya hanya allah yang tau dan dimanapun manusia berada walaupun ia akan lari dari kematian pasti allah akan tetap mencabut nyawa manusia tersebut. Mati tidak mengenal batas usia dan tempat. Manusia harus siap jika ajal menjemput. Manusia dalam keadaan rugi ketika dalam kehidupannya hanya menyibukkan dengan urusan dunia tanpa menyiapkan bekal yang cukup untuk kehidupan yang abadi diakherat kelak. Diharapakan dengan mengingat kematian diharapkan manusia akan mengerti hakekat kehidupan, dengan demikian dalam kehidupan sehari-hari akan selalu mendekatkan diri pada Allah SWT dengan iman dan taqwa yang istiqomah.

B.     Rumusan Masalah
1.       Apakah yang menjadi dasar dalam Al- Quran dan Al-Hadist agar manusia dapat memahami arti kematian?
2.       Bagaimanakah kronologis terjadinya kematian seorang manusia untuk berjumpa dengan Allah SWT?
3.      Bagaimanakah implementasi hakekat kematian dalam kehidupan sehari-hari?



BAB II
PEMBAHASAN

1.  DASAR-DASAR HUKUM TENTANG KEMATIAN DALAM AL-QURAN DAN AL-HADIST
·         Dasar-Dasar Hukum Tentang Kematian Dalam Al-Qur’an
  1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian. Berhubungan dengan ini maka Allah S.W.T berfirman ”Sekiranya kamu berada dirumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah maha mengetahui isi hati” (Q;S Ali Imran:154)
  2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung dibalik benteng yang kokoh atau berlindung dibalik teori kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada dimuka bumi ini.Dengan demikian Allah SWT berfirman”Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu didalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan : “Ini adalah dari sisi Allah”.(Q;S An-Nisa :78)
  3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar sampai kemana pun, maka Allah berfirman SWT “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan pada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Q;S Al-Jumu`ah:8)
  4. Kematian datang secara tiba-tiba dan tidak akan pernah ada manusia yang mengetahuinya, karena itu semua merupakan rahasia dari Allah SWT. Berkenaan dengan ini maka Allah SWT berfirman”Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat : dan Dialah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada didalam rahim”. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakan besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi manapun dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal. (Q;S Luqman :34)
  5. Kematian manusia telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat sesuai dengan kehendaknya sendiri dan dalam hal ini Allah SWT berfirman ”Dan Allah sekali-kali tidak akan menagguhkan (kematian seseorang apabila dating waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjkan” (Q;S, Al-Munafiqun :11)

·         Dasar-Dasar Hukum Tentang Kematian Dalam Al-Hadist
  1. Rasulullah SAW bersabda, “Kematian adalah hadiah yang sangat berharga bagi orang beriman.”(H.R Muslim), dan berkenaan dengan ini beliau juga katakan karena “dunia adalah penjara bagi orang beriman, “ yang dia terus-menerus berada dalam situasi dan kondisi sulit yang akan menyiksa jiwanya, dan juga karena perjuangannya maupun penolakannya terhadap hawa nafsunya sendiri . Baginya, kematian adalah keterbebasan ini dan hal ini menjadi  “hadiah yang tak ternilai”.
  2. Ibnu  Umar r.a. berkata, “Suatu ketika aku datang kepada Nabi Saw. dan mendapati beliau sedang berada di  tengah-tengah jamaah yang  jumlahnya sepuluh orang. ”Siapakah yang paling cerdas dan pemurah, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab,”Yaitu orang yang paling rajin mengingat mati dan orang yang paling baik persiapan dalam menghadapinya. Itulah orang yang paling cerdas, yang akan memperoleh kehormatan di dunia ini dan kemuliaan di akhirat kelak.”(HR Bukhari Muslim)

  1. Shafiha r.a. bercerita tentang seorang wanita yang suatu ketika mengadu kepada ‘Aisyah r.a. tentang kekerasan hatinya. “Sering-seringlah mengingat maut,” kata ‘Aisyah kepadanya, “agar hatimu menjadi lembut.” (HR Muslim). Wanita itu mengerjakan apa yang disuruh Aisyah dan ternyata hatinya menjadi lembut. Dia pun datang kepada Aisyah untuk mengucapkan terima kasih.
  2. Al-Hasan berkata, “ Aku belum pernah melihat orang cerdas yang tidak takut mati atau sedih karenanya.”(HR Ahmad)
  3. Rosululloh SAW bersabda ”Wahai manusia, jika kamu semua mempunyai akal dan pikiran maka anggaplah diri kalian termasuk diantara di oramg-orang yangsudah mati, sebab demi DIA yang jiwakku berada ditangan NYA,yang dijanjikan kepada mu pasti akan datang dan kamu sekalian tidak akan pernah bisa melepaskan diri”(HR Bukhari Muslim)
2.      SAKARATUL MAUT DAN KRONOLOGIS KEMATIAN MANUSIA UNTUK BERTEMU ALLAH SWT
     Sakaratul  Sakaratul maut adalah Rasa sakit yang menyerang inti jiwa dan menjalar keseluruh bagian jiwa sehingga tidak akan ada lagi satu pun bagian jiwa yang terbebas dari rasa sakit itu, sakit dari sakaraul maut akan menhujam ke jiwa dan menyebar keseluruh anggota badan dan bagian orang yang sekarat merasakna sendiri dirinya ditarik-tarik dan dicabut dari setiap urat saraf, persendian dan dari tiap akar rambut di kaki dan kepala (Al Ghazali:52). 
     Ketika sakaratul maut datang ketika itu pula roh seorang manusia akan dipertaruhkan baik buruknya roh tersebut akan mempengaruhi proses pencabutan nyawa dari malaikat izrail. Sakaratul maut yang dihadapi manusia itu ibarat guncangan yang dahsyat pada manusia dan sakitnya diibaratkan suatu tanaman yang berduri tertanam dan ditanamkan ditenggorokan manusia dan tanaman itu dicabut dari tenggorokan tersebut manusia. Dalam hadist juga disebutkan”kematian itu disertai dengan sekarat” (HR.Bukhari-Muslim). Jika sakaratul maut itu datang maka roh akan digoda oleh pasukan setan dan malaikat, mudah tidaknya roh itu keluar dari jasad manusia akan tergantung dari kekuatan iman dan taqwa manusia tersebut dalam menghadapi pasukan setan dan malaikat yang datang menggodanya. Adapun kronologis dan tahapan dari kematian manusia itu tergolong dalam dua bagian yaitu:
1.      Khusnul Khotimah identik dengan mudahnya roh untuk bertemu Alloh SWT
       Khusnul Khatimah adalah akhir yang baik. Sebelum meninggal ia di beri taufik untuk menjauhi semua yang dapat menyebabkan kemurkaan Allah S.W.T. Dia bertaubat dari dosa dan maksiat serta semangat melakukan ketaatan dan perbuatan-perbuatan baik. Akhirnya ia meninggal dalam kondisi ini. Khusnul Khatimah memiliki beberapa tanda, di antaranya ada yang diketahui oleh hamba yang sedang sakaratul maut, dan ada pula yang diketahui orang lain. Tanda husnul khatimah, yang hanya di ketahui hamba yang mengalaminya, yaitu diterimanya khabar gembira saat sakaratul maut, berupa ridha Allah sebagai anugerah-Nya.
      Kronologis dan tahapan sakaratul maut dari seorang mukmin adalah sebagai berikut, ia akan didatangi oleh seorang malaikat yang membawa sutera didalamnya terdapat bau khasturi dan wewangian dari surga, kemudian nyawanya akan ditarik sebagaimana rambut yang ditarik dari tepung, kemudian dikatakan pada nyawa itu ”Hai jiwa yang tenang keluarlah engkau dengan perasaan rela menuju ridho Allah SWT” Akhirnya roh itu diletakkan diatas sutera tersebut lalu dibawa menuju Surga Iliyyin, tapi sebelumm roh ini sampai pada tujuan akhirnya akan masih melewati tujuh lapis langit dahulu. Dalam tiap tingkatan langit roh itu akan ditanya roh tersebut baik atau tidak dan jika baik maka roh itu oleh langit akan diagung-agungkan dan selalu dimintakan ampunan pada Allah SWT. Dari proses itu semua maka Allah SWT memberikan perintah pada Malaikat yang membawanya agar dicatat dalam ”ahlul yamin wa ash habul illiyin dengan memperoleh derajat yang tinggi”. Setelah dikuburkan maka roh itu akan dikembalikan pada jasadnya. Bagi hamba yang shalih maka akan mendapat manfaatan dari amal kebaikan yang telah kita perbuat selama di dunia. Hal ini juga diperkuta dengan hadist yaitu Rosululloh bersabda”Sesungguhnya hamba yang shalih waktu menghadapi sakaratul maut sendi-sendinya akan memberikan salam satu sama lain dan berkata Keselamatan atas mu kamu meninggalkanku dan aku meniggalkanmu sampai bertemu kembali di hari kiamat”. (HR Muslim)
2.      Shu’aul  Khotimah identik dengan sulitnya  roh untuk bertemu Alloh SWT
Shu’aul khatimah (akhir yang buruk) adalah meninggal dalam keadaan berpaling dari Allah S.W.T. Berada di atas murka-Nya serta meninggalkan kewajiban dari Allah. Akhir kehidupan yang menyedihkan. Tanda-tanda akan kematian ini adalah menolak mengucapkan syahadat dan selalu mengucapkan kata-kata jelek dan haram.
Kronologis dan tahapan sakaratul maut dari orang kafir dan pendosa adalah sebagai berikut, ketika sakaratul maut datang dan tatkala itulah malaikat membawa sepotong pakaian hitam yang didalamnya terdapat bara api neraka lalu nyawa orang kafir dan pendosa  tersebut dicabut secara paksa dan dikatakan pada nyawa itu ”keluarlah dengan dengan marah dan dimarahi dan akan memperoleh kehinaan dan azab dari Allah SWT”, akhirnya nyawa itu diletakkan diatas bara api lalu dimasukkan kedalam kain hitam tersebut dan diangkat ke dalam Sijjin. Roh tersebut dalam melewati tujuh langit selalu mendapat hinaan dan makian.
 
3. IMPLEMENTASI REALISASI HAKEKAT KEMATIAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI  
Berpedoman dari firman Allah yang berbunyi ”kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (Q.S Ali-Imron:185). Dengan dasar firman Allah SWT ini maka manusia diharapkan mencari bekal yang cukup untuk kehidupan yang lebih kekal dan abadi. Seorang sufistis berkata bahwa dunia itu ibarat sebuah lautan yang luas dan dalam. Manusia ibarat sebuah pelaut yang belum mempunyai arah dan tujuan. Jika manusia tidak istiqomah dalam beriman dan bertaqwa maka ia akan tenggelam dalam lautan itu. Hal ini mengindikasikan manusia harus waspada terhadap datangnya kematian.didalam kehidupan sehari-hari seseorang harus mempersiapkan diri dengan bekal amal dan akhlaq yang baik dalam hubunganya dengan sesama manusia dan Allah S.WT yang diimplementasikan dalam ibadah dan muamalat sesuai dengan ajaran agama islam.
Allah SWT berfirman”Lari itu sekali-kali tidak berguna bagimu jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan dan jika kamu terhindar dari kematian kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.”(Q:S Al Jumuah :16). Jika manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri, tapi terkadang seorang manusia hanya memenuhi nafsu duniawi dan lalai akan tugasnya sebagai manusia untuk selalu taat pada Allah SWT. Kelalaian manusia tersebut akan berakhir ketika ajal sudah menjemput dan jasad masuk dalamkubur. Semua amal, kemewahan,dan harta tidak akan dibawa didalam kubur.  Kematian memang suatu yang sangat menakutkan. Kematian lain yang terasa lebih menyedihkan dan menyakitkan bagi manusia. Manusia lalai terhadap kematian, karena diakibatkan kurangnya perenungan dan ingatan terhadap kematian itu. Untuk menghujamkan kematian pada hati manusia maka harus dapat mengosongkan hati dan pikirannya terhadap nafsu duniawi. Pedihnya dan beratnya siksa kubur harus berakar kuat pada hati manusia sehingga ketika dalam keadaan sepi dapat meneteskan air mata untuk meresapi dan menghayati betapa perihnya siksa kubur itu. Hal yang paling penting adalah manusia dapat mengukur diri dari nista dan dusta dari siksa kubur yang akan kita dapat. Dengan demikian manusia akan termotivasi untuk selalu mempersiapkan diri dann bekal unutk menghadapi kematian.
   Rosulluloh SAW bersabda ”Dua hal yang paling ditakuti dari kamu semua melebihi dari segala yang lain menuruti hawa nafsu dan berpanjang angan-angan sebab menuruti hawa nafsu akan menghalangi orang dari kebenaran sedangkan berpanjang angan-angan akan mencintai kehidupan dunia. (H.R Bukhori Muslim). Selanjutunya Rosulluloh SAW bersabda ”Orang yang paling rajin mengingat mati dan orang yang paling baik meresapinya dalam menghadapinya itulah orang yang paling cerdas yang akan memperoleh kehormatan didunia dan kemuliaan diakherat kelak”. (H.R Muslim). Arti cerdas dalam hakekat kematian adalah hatinya dapat petunjuk illahi yang disertai pada tiap perilakunya, sehingga arah hidupnya akan terarah dan tertuju pada akherat belaka. Kema`rifatan dan kekhasafullohan hati akan mati harus tetap terpencar dalam hati dan hijab menghalangi hatinya itu, harus diusahakan agar selalu hilang dan sirna untuk mendapatkan ridho Allah SWT dengan demikian segala macam bencana, malapetaka, cobaan dan godaan hidup akan sirna dengan menghayati akan hakekat kematian itu dalam kehidupan sehari-hari. Mati adalah kontrol dari tiap perbuatan manusia dalam menjalankan amal ibadahnya sehari-hari, dengan adanua kontrol tersebut maka manusia akan selalu menjaga iman dan taqwanya demi meraih bekal untuk kehidupan di akhirat kelak.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
a.       Manusia harus dapat mengahayati akan makna yang terkandung dalan Q.S Ali-Imron : 185 yang bunyinya ”kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. Sehingga manusia akan mengerti akan makna hidup itu sebenarnya.
b.      Rasulullah Saw.bersabda, “Kematian adalah hadiah yang sangat berharga bagi orang beriman.” Ini beliau katakan karena “dunia adalah penjara bagi orang beriman, “ yang dia terus-menerus berada dalam situasi dan kondisi sulit yang akan menyiksa jiwanya, dan juga karena perjuangannya maupun penolakannya terhadap hawa nafsunya sendiri . Baginya, kematian adalah keterbebasan ini dan hal ini menjadi  “hadiah yang tak ternilai”.

B.     Saran
1.      Hendaknya manusia mengingat siapa yang menciptakannya sehingga manusia dalam menjalani hidup lebih berhati-hati, karena dengan mengingat mati dia akan mengetahui hakekat kehidupan yang sebenarnya.
2.      Hendaknya seorang muslim yang beriman selalu meningkatkan iman dan ketaqwaanya sebagai bekal untuk menghadapi kematian.
3.      Manusia diharapkan mampu menjaga hati dan pikirannya dari nafsu duniawi sehingga kemakrifatan hati akan terbuka untuk selalu mendapatakan cahaya illahi dalam hidupnya.



DAFTAR PUSTAKA
Solihin, Abu ’ Izzudin. 2002. Tarbiyah Djatiyah. Solo: Burhanul Ikhwah Product.
Abdulah Azzam. 1991. Aqidah Landasan Pokok Membina Umat. Jakarta: Buku Andalan.
Anonim. 2002. Penyembahan Kita Pada Allah SWT. Jakarta: Yayasan Al Mu’min.
Abdul Ghoni Asyukur terjemahan dari Al Ghozali. 1987. Menyingkap Rahasia Alam Barzah. Jakarta : CV Bintang Pelajar.
Ahsin Mohammad terjemahan dari Al Ghozali. 2000. Metode Menjemput Maut. Bandung : Mizan.
Majalah As-Sunnah Edisi 03/X/1427H/2006M

No comments:

Designed By Mas Say