Breaking News

21 October 2016

REFLEKSI QUO VADIS 2 TAHUN PEMERINTAHAN JKW-JK


Bidang Hukum
Sangat komplek dan lintas sektoral. Adakalanya pemerintah tidak menganggap hukum itu penting dan diabaikan (kasus papa minta saham, kasus reklamasi DKI Jakarta, polemik intervensi Kemenkumham dll). Hukum dikatakan nanti dulu dan yang penting jalan dan kerja. KPK masih terlihat lemah. Pemerintah terindikasi banyak intervensi. Kasus-kasus besar diabaikan. KPK lebih banyak turun ke bawah termasuk kasus-kasus kecil. KPK tumpul ke atas. Masih kena benteng kekuasaan. Banyaknya uji materi UU ke MK menunjukan produk hukum masih sangat multi tafsir dan jauh dari norma hukum serta rasa keadilan. Masyarakat banyak tahu tentang hukum. Bahkan tidak ada berita tanpa adanya unsur hukum. Live kasus-kasus hukum di TV adalah hal positif bagi pembelajaran hukum terhadap masyarakat. Pemberantasan pungli adalah terobosan kongkrit dalam memberantas KKN. Pungli diberantas adalah awal kebaikan dalam birokrasi hukum. Siklus tata negara sudah pelan-pelan membaik dengan adanya suara mayoritas di eksekutif. Tarik ulur dan polarisasi kebijakan sudah terukur.


Bidang Politik
            Mayoritas suara di eksekutif dan hanya 2 parpol di oposisi Gerindra dan PKS telah memberikan perubahan iklim politik. Pemerintah lebih mendominasi dalam membuat kebijakan. Isu Pemilukada 2017 khususnya di DKI Jakarta telah menyihir publik. Pertaruhan semua parpol dan pemimpin di negeri ini semua turun gunung. Berbagai rencana sampai 2019 dan 2024 sudah tertata rapi melalui pemilukada tersebut. Dikotomi perbedaan dalam membenarkan golongan dan/atau kelompoknya masing-masing masih terlihat jelas. Model politik modern digunakan dengan pengalihan isu terhadap hal penting. Pengemasan isu dijadikan untuk menutupi hal penting. Tiba-tiba diwacanakan ke publik. Melihat respon. Diamati dan dieksekusi sesuka hati oleh pemerintah khususnya tanpa melihat keinginan publik (kasus papa minta saham, kenaikan cukai, Archandra masuk kabinet lagi, kasus korupsi dll). Demokrasi sudah mulai tertata rapi dan dijadikan rujukan dalam membangun sebuah sistem bernegara dengan ciri presidential. Demokrasi bukan lagi dijadikan alat, tapi merupakan tujuan bersama.

Bidang Ekonomi
            Kenaikan BBM atas dasar harga minyak dunia dan selalu berubah-rubah menandakan ketidak konsistenan pemerintah dalam mengkaji kebutuhan BBM. Harga kebutuhan bahan pokok masih mahal dan rakyat miskin masih jauh dari harga beli yang ditetapkan pemerintah. Kaum kapitalis masih mendominasi. Investor asing mematikan potensi dalam negeri. Para petani dan buruh belum mendapatkan penghidupan yang layak. Kebijakan pemerintah tidak berpihak dalam menyejahterakan mereka. Adanya 12 paket kebijakan ekonomi sedikit memberikan terobosan dalam menata perekonomian nasional. Birokrasi makin membaik. Adanya legalitas tentang UU Tax Amnesty merupakan langkah kongkrit bagi pemerintah dalam menutupi keuangan negara yang masih defisit. Tax Amnersty telah memberikan angin positif bagi pemasukan APBN.

Bidang Sosial dan Budaya
            Pemerintah hanya sebatas memberikan pengawasan. Berbicara konteks sosial dan budaya lebih ditekankan pada moralitas masing-masing warga negara. Perbedaan dan SARA masih menjadi isu sensitif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Konflik horizontal terkadang masih menjadi berita sehari-hari. Negara dalam keadaan ini wajib hadir sebagai penengah dan justru jangan membuat makin gaduh. Apalagi tendensius terhadap kelompok dan golongan tertentu. Mengkultuskan seseorang dan/atau kelompok masih terlihat dalam interaksi sosial di masyarakat. Itu sah dan boleh asalkan tetap menjaga semangat toteransi tanpa membenarkan kelompoknya dan menyalahkan yang lain. Bahasa hujatan baik atas dasar like dan dislike atau sekedar membela yang dianggap benar tanpa didasari sikap objektif, rasional, berbasis data,  bijak dan dengan kata-kata sopan hanya akan menambah ketegangan sosial saja. Semua itu bukan pemerintah yang dianggap salah, tapi kita ini wajib terus belajar  dewasa dalam menyikapi kehidupan atas dasar perbedaan ini. Penyakit sosial dan degradasi moral makin merajalela dengan jenis dan kompleksitasnya. Tidak hanya kaum muda dan mahasiswa yang dianggap intelektual, tapi anak-anak kecil sudah terjebak atas kehidupan yang bukan tempatnya. Media sosial adalah pemicu utamanya. Pemerintah lewat Kominfo wajib mengawasi situs-situs berbahaya perusak moral bangsa. Pemerintah tidak boleh diam, wajib menggerakan jajarannya. Benteng diri tauhid dan agama itu adalah yang paling penting.

Akhir kata, saya tertarik Teori dari Talcot Parson tentang Sibernetika terkait berjalannya sebuah tatanan kehidupan bermasyarakat. Sistem hukum khususnya adalah self referential dan self reproducing. Semua sub sistem dalam kehidupan yaitu hukum, politik, ekonomi, sosial dan budaya terikat menjadi satu kesatuan membentuk pola pengaturan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Lalu apakah dan siapakah yang menjadi dominasi selama 2 tahun ini?itu adalah fondasinya. Semua bidang bagus dan saling mendukung dalam bernegara.

No comments:

Designed By Mas Say